Lihat ke Halaman Asli

Menakar Rasa Kopi Ciptagelar

Diperbarui: 20 Juni 2016   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Desa Adat Ciptagelar adalah sebuah desa adat yang terletak di Kabupaten Sukabumi. Desa ini merupakan salah satu desa adat di Indonesia yang masih asri alamnya dan masih kental adat dan budayanya. Dalam tatanan kehidupan sosial yang masih bisa disebut tradisional, masyarakat Ciptagelar ternyata tidak kalah dalam hal teknologi jika dibandingkan dengan orang-orang di perkotaan. Banyak aspek kehidupan di Ciptagelar yang ditunjang dengan teknologi yang mutakhir, yang diperbolehkan untuk diterapkan selama tidak mengganggu tatanan aturan sosial dan budaya tradisional yang berlaku di sana.

Selain terkenal dengan adat dan keramahan penduduknya, ternyata Ciptagelar memiliki suatu produk kebanggaan, yaitu kopi ciptagelar. Kang Agung, selaku produsen utama dari bisnis kopi ciptagelar ini menyatakan bahwa beliaulah yang membangkitkan kembali tren kopi ciptagelar setelah tidak diproduksi lagi selama beberapa lama. Ia mengerjakan seluruh proses produksi mulai dari penanaman biji kopi hingga pengepakkan sendirian dan mulai menekuninya sejak dua tahun lalu.

Proses produksi kopi dimulai dari penanaman biji yang kalau kata Kang Agung ‘tidak boleh sembarangan tempat.’ “Kopi itu sensitif, bisa terpengaruh tanaman yang ditanam dekat tanaman kopi tersebut. Jadi harus hati-hati dan teliti dalam memilih tanah untuk menanamnya,” sambungnya lagi. Setelah mendapatkan biji-biji kopi, biji-biji tersebut diseleksi secara manual olehnya, dikelompokkan sesuai ukuran dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda. Selanjutnya, biji-biji itu dijemur di bawah sinar matahari, lalu disangrai. Dalam sebulan, ia bisa menghabiskan sampai 30 kg biji kopi untuk produknya.

Perbedaan kopi ciptagelar dengan kopi-kopi lainnya yang ada di pasaran terletak pada bahan pemanisnya, yaitu gula aren yang disangrai atau yang biasa dikenal dengan nama gula semut. Ternyata, banyak khasiat yang terdapat pada gula aren dibandingkan dengan gula pasir yang diproduksi dari tebu. Di antaranya adalah gula aren tidak menimbulkan sakit pinggang, menurunkan kolesterol, dan tidak menimbulkan ketergantungan minum kopi.

Tak kalah menariknya, Kang Agung memproduksi gula aren pemanis kopinya menggunakan mesin buatannya sendiri. Mesin tersebut memproduksi gula aren selama 9 jam dan hasilnya tidak kalah bagus dengan hasil mesin-mesin canggih buatan luar.

Konsumen dari kopi ciptagelar sendiri notabene adalah pengunjung, wisatawan, dan turis yang berkunjung ke sana. “Pernah ada yang menitip ke pengunjung untuk borong kopi ciptagelar ketika tahu orang itu mau jalan-jalan ke Ciptagelar,” ujar Kang Agung. “Pernah juga turis datang ke sini, beli kopi ciptagelar lalu dibawa ke negaranya. Ketika turis itu berkunjung kembali ke sini, dia borong banyak karena teman-temannya ternyata suka dengan kopi ciptagelar,” tambahnya. Sayangnya, kopi ciptagelar ini belum bisa didapatkan beredar luas di pasaran karena Kang Agung belum memintakan lisensi untuk kelayakan pemasaran.

Jika teman-teman ingin merasakan kenikmatan kopi ciptagelar dengan lidah sendiri, jangan segan untuk datang berkunjung sesekali ke Desa Adat Ciptagelar dan belilah beberapa dus produk kopi ciptagelar sebagai buah tangan untuk sanak-saudara di rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline