Siapa yang menyangka jika seseorang yang awalnya hanya bekerja sebagai marketting sebuah perusahaan pada akhirnya memiliki perusahaan minuman energi terbesar di dunia sekaligus mempunyai tim Formula 1 nya sendiri?
Semua bermula di tahun 1982 disaat seorang marketting di perusahaan Blendax (sekarang P&G) bernama Dietrich Mateschitz pergi ke Thailand untuk bertemu dengan Chaleo Yoovidyha pemegang lisensi merk Blendax di Thailand. Dietrich yang saat itu pergi menggunakan transportasi pesawat menderita jetlag karena jarak dari Eropa ke Thailand membutuhkan waktu berjam-jam. Namun dia harus tetap bertemu dengan Yoovidyha dikarenakan sudah mengatur jadwal. Yoovidyha yang melihat tamunya kelelahan menawarkan sebuah minuman racikan bisnis sampingannya bernama "Kratingdeng" atau jika diartikan dalam bahasa inggris berarti Red Bull. Tanpa memakan waktu lama minuman itu langsung bereaksi dan membuat Dietrich kagum karena lelah dan jetlag nya hilang seketika. Singkat cerita Dietrich yang mempunyai jiwa bisnis menawarkan kerjasama dengan Yoovidyha untuk memasarkan produk miliknya di eropa dan mereka sepakat. Dietrich yang awalnya seorang marketting mempunyai ide pemasaran yang tidak biasa untuk memasarkan produknya. Dia mencoba memasarkannya di kegiatan & acara-acara anak muda yang bertemakan olah raga dan tidak lupa di Formula 1, karena Dietrich sendiri juga seorang penggemar Formula 1.
Di awal masuknya Red Bull di F1 bisa dikatakan kurang menguntungkan karena Dietrich masih belum punya dana yang besar agar produknya bisa disorot oleh media. Dietrich sempat mundur dari F1 namun kembali lagi di tahun 1995 untuk mensponsori Tim Sauber dengan kontrak 10 tahun. Beberapa tahun berlalu sejak tahun pertama kontrak, Red Bull mendapatkan eksposure yang cukup besar mengingat tim yang dia sponsori "Sauber" meskipun bukan tim papan atas di F1, namun tetap konsisten finish di papan tengah. Bisa dibilang masuknya Dietrich di F1 ini bukan hanya sekedar promosi minuman energinya, namun juga investasi untuk Dietrich sendiri. Dietrich juga ingin mempunyai akademi pembalap junior yang nantinya bisa membawa nama Red Bull di ajang F1. Sesuai dengan keinginannya, Dietrich membeli tim RSM Marko dari kelas F3000 dan mengganti namanya menjadi "Red Bull Junior Team."
Singkat cerita Red Bull memutus kontrak sponsornya dengan Tim Sauber, dan Red Bull mengakuisisi Tim Jaguar di tahun 2004 yang sudah merugi karena prestasi yang tidak memuaskan di sirkuit. Tetapi awal perjalanan Red Bull sebagai tim konstruktor/pemilik tim sepenuhnya (bukan sebagai sponsor) tidaklah semanis yang dibayangkan, sepanjang 2 tahun Red Bull hanya bisa bersaing di papan tengah pada awal-awal masanya di F1 sebagai tim kanstruktor. Namun setelah 2 tahun berlalu, muncullah seorang pembalap muda asal Jerman bernama Sebastian Vettel yang secara mengejutkan finish di urutan pertama pada GP Monza, Italy 2008. Awal perjalanan Red Bull di tim papan atas dimulai di tahun 2009, ketika Dietrich mempekerjakan seorang teknisi bernama Adrian Newey yang berhasil membangun mobil kompetitif untuk Red Bull yang bernama RB5, namun di tahun itu pembalap utama Red Bull "Sebastian Vettel" hanya mampu bersaing di peringkat 2 juara dunia. Barulah di tahun 2010 Adrian Newey mengupgrade dari mobil RB5 menjadi RB6. Tidak main-main, Vettel langsung menunjukkan skill dan dibantu dengan mobil yang kompetitif, dia keluar sebagai juara dunia di tahun 2010 dengan perolehan 256 poin diatas Fernando Alonso. Prestasi Vettel tidak berhenti sampai disitu, dia berhasil menjadi juara dunia sebanyak 4x berturut-turut sejak 2010-2013. Kesuksesan di trek berbanding lurus dengan kesuksesan bisnis minuman Red Bull setelah mengunci gelar juara dunia berturut-turut. Apalagi di tahun 2021 kemarin, seorang pebalap muda bernama Max Verstappen juga berhasil juara dunia mewakili Tim Red Bull mematahkan dominasi Lewis Hamilton setelah juara dunia 7x berturut-turut.
Kini Red Bull menjadi tim yang banyak diincar oleh brand yang ingin mesponsori Red Bull dengan nilai yang sangat fantastis. Untuk sekarang ini Tim Red Bull hampir tidak mengeluarkan uang di F1, karena dana yang didapat dari sponsor cukup dan bahkan lebih untuk membiayai operasionalnya. F1 benar-benar bisnis dan investasi yang menguntungkan bagi Red Bull yang sekarang menjadi merk minuman energi yang terkenal diseluruh dunia. Persis seperti slogan dari Red Bull, "We don't bring product to the people, we bring people to the product." Dan semua itu tidak bisa dicapai kalau bukan ide marketting jenius dan konsistensi dari Dietrich Mateschitz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H