Lihat ke Halaman Asli

Aleq Dinillah

Hanya sebatas hamba amatir

Konsep Cinta Ilahiyah dalam Kisah Layla Majnun (3)

Diperbarui: 2 Januari 2023   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sesuatu yang dianggap ujian terkadang itu bukanlah sebuah ujian

Suatu hari kabilah Layla mengadakan acara pesta makan-makan sebagaimana tradisi bangsa Arab kala itu. Dan semua kabilah diundang tak terkecuali kabilah dari Qays. Dan Qays pun ikut hadir hanya karena ingin memandang wajah Layla dan kebetulan yang membagiakan makanan pada saat itu adalah Layla, dan Qays-pun ikut mengantri dengan membawa sebuah piring yang akan diberikan nasi oleh layla, sepanjang antrian Qays tak memalingkan wajahnya kepada selain Layla begitupun sebalikya. Namun ketika saat tiba qays dihadapan Layla dan waktunya diberikan makanan layla justru merampas piring Qays lalu membantingnya, lalu qaspun tersenyum dan kembali lagi mengambil piring dan menagntri lagi dan lagi-lagi piring itu dipecahkan oleh layla begitupun seterusnya sampai 3 kali layla-pun melakukan halyang sama. Lalu bebrapa orang menghampiri Qays dan berkata kepada Qays, "Hai Majnun, kenapa kamu malah tersenyum, tidakkan kau malu? Dirimu telah dipermalukan di depan penduduk kabilah, kenapa engkau malah tersenyum?". Alih alih qays sadar, qays justru terheran dan mengatakan " kapan Layla Mempermalukanku?" dan penduduk itu berkata "ketika piringmu dipecahkan oleh layla" lalu qays-pun menjawab, "Hanya para Pecinta sejati-lah yang mengerti maksud apa yang ia cinta" dan ia melanjutkan "tidak begitu, Layla memecahkan piringku tujuannya hanya satu yaitu agar supaya aku kembali mengantri lagi lalu aku dan dia masih bisa saling betatap-tatapan dan melepas kerinduan dengan saling memandang".

Dalam kisah ini Syekh Nizami mengandung pesan bahwa sesuatu yang kita anggap ujian, sebenarnya bukan sebuah ujian karena Allah benci terhadap kita, namun terkadang Allah memberikan Ujian agar kita kembali lagi kepada Allah dan Allah merindukan diri kita sebagaimana yang dituliskan dalam Alquran surah Albaqoroh ayat 285

Allah tidak Akan membebani seseorang kecuali diluar batas kemampuannya .....(QS. Al baqarah : 285)

Disamping itu, ketika kita diberikan ujian oleh Allah, itu menunjukkan bahwa kadar kecintaan dan keimanan kita kepada allah sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad

"Ya Raslullh! Siapakah yang paling berat ujiannya?" Beliau menjawab, "Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya"

Kisah dan juga beberapa dalil diatas menyeru kita agar selalu berprasangka baik terhadap Allah atas Ujian yang telah diberikan Allah kepada kita, bisa jadi ujian yang diberikan Allah kepada kita adalah sebuah isyarat agar kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita terhadap allah dan bentuk kerinduan Allah terhadap kita. Sebagaimana digambarkan syekh Nizami dalam kisah daitas jika dipandang dengan mata biasa maka akan menagatakan bahwa begitu kejamnya Layla kepada Qays sampai-sampai mempermalukan Qays didepan banyak orang, namun ketika difahami dengan mata cinta bisa diketahui maksud dari layla adalah agar bisa terus menerus bertatap muka dengan Qays. Maka dari itu qays berkata "Hanya seorang pecinta sejatilah yang mengerti maksud tentang apa yang ia Cinta"  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline