Lihat ke Halaman Asli

Hedi Ghozi A

Mahasiswa

Kisah Pedagang Legend Mempertahankan Eksistensi Makanan Jadul

Diperbarui: 2 Desember 2023   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Shobirin, Pedagang jadah bakar yang bertempat disudut Pasar BeringharjoInput sumber gambar. Dokpri

PASAR BERINGHARJO-- Cuaca panas dari terik matahari yang menyengat tidak menjadi halangan bagi Pak Shobirin untuk tetap berdagang makanan jadul yang bernama jadah bakar. Pak Shobirin biasa stand by ditempat dia berdagang yaitu di lantai dasar sebelah selatan Pasar Beringharjo atau tepat depan gapura Pasar Klitikan. Pak Shobirin menjajakan dagangannya mulai dari jam 6 pagi hingga sore tetapi terkadang bisa sampai malam tergantung dari habisnya jadah bakar. Jarak dari tempat tinggal ke tempat berjualan Pak Shobirin hanya memakan waktu 10 menit saja. 

Pagi hari beliau biasa mulai menjual dagangannya disamping bangunan DPD ketika sudah jam 9 beliau berpindah ke sudut Pasar Beringharjo karena matahari sudah naik. Ketika langit mulai sore beliau akan berjalan kembali kedepan hingga dagangannya habis terjual. "Kalau pagi kan didepan dulu itu di perapatan DPD, kalau udah jam 9 kan panas itu mundur kesini nanti kalau nggak habis tinggal sedikit lagi puterin dulu sampe pulang." Jawabnya.

Jadah salah satu jenis jajan pasar yang terbuat dari beras ketan dan kelapa parut. Jadah bakar buatan Pak Shobirin terkenal lembut dan wangi. Ada berbagai penamaan jadah. Di Jawa Barat jadah disebut dengan ullen. Di Jawa Tengah disebut dengan gemblong dan bahkan ada juga yang menyebut jadah di Jawa Timur. Cara penyajiannya pun berbeda-beda. Ada yang dipotong-potong dan ditaburi kelapa parut, ada digoreng atau dibakar. Cara memakannya juga ada yang dicocol dengan sambal atau bumbu rendang. Semua bergantung pada budaya masing-masing daerah.

Pak Shobirin yang berasal dari Jawa Barat, tepatnya Tasikmalaya bercerita bahwa dia telah berjualan jadah bakar selama 20 tahun. Dia merintis berjualan sejak tahun 2004. "karena masih ada lebihnya gitu, daripada nyari-nyari yang lain gitu lebih baik menjalankan apa yang sudah ada." katanya setelah ditanya alasan mengapa tetap bertahan berjualan jadah bakar. Pak Shobirin tetap berjualan karena penghasilan yang didapatkan masih bisa dibilang lumayan walaupun terkadang lebih ramai pembeli dihari-hari libur. 

Pak Shobirin juga mengatakan kalau dia pernah ikut andil meramaikan acara besar seperti yang pernah diadakan di Taman Budaya Yogyakarta yang berada dekat dengan Pasar Kangen. Waktu beliau mengikuti acara kebetulan sesuai dengan tema yang diusung oleh panitia event yaitu kuliner makanan jadul."Kalau di Taman Budaya kan itu makanannya makanan jadul, cuman jualan disana itu bukan kalah jualannya mas, tapi kalah tenaganya mas capek disana itu." Ujar Pak Shobirin bercerita pengalaman berjualan di acara yang diadakan Taman Budaya. Pak Shobirin juga sering ikut dalam memeriahkan acara yang digelar di kampus-kampus, atau kadang apabila ada pasar malam Pak Shobirin pasti pergi untuk berjualan disana. Pedagang jadah bakar di Pasar Beringharjo tidak hanya Pak Shobirin ada 2 orang lagi yang masih ada hubungan saudara dengan beliau juga turut menjual makanan jadul namun menggoda ini.

Pak Shobirin mengatakan bahwa awal dia menjual jadah bakar per empat biji hanya Rp1.000 saja ketika beras masih seharga Rp2.500 ditahun 2000an " kalo dulu kan berasnya cuman dua ribu lima ratus, kalo sekarang berasnya sudah delapan belas ribu." Kata Pak Shobirin sambil tertawa. 

Mengingat perbedaan harga makanan pokok zaman dulu dan sekarang sangat meningkat drastis dari tahun ke tahunnya sehingga harga per empat biji yang dijual Pak Shobirin menyesuaikan dengan harga beras di pasar. Harga jadah bakar yang sekarang dijual Pak Shobirin adalah Rp10.000/per empat bijinya. Penghasilan jadah bakar bisa sampai 4kg dihari biasa sedangkan dihari libur seperti pada hari sabtu dan minggu bisa sampai 8kg. Pak Shobirin mengaku bahwa Presiden Jokowi pernah memborong jadah bakarnya sebanyak 80 biji. Apabila ada acara jadah bakar Pak Shobirin juga pernah dipesan borongan oleh pihak kepolisian.

Nama dari Pak Shobirin sendiri adalah makna dibalik perjuangannya yang pantang menyerah sabar berjualan jadah selama 20 tahun dengan tujuan mulia seorang suami yang harus menafkahi keluarganya. "saya punya keluarga, jadinya walaupun besar ataupun kecil jadi kita terima apa adanya" Jawab Pak Shobirin jujur ketika ditanya tentang perasaannya menjual jadah bakar selama 20 tahun. Beliau juga mengaku bahwa kebanyakan peminat makanan jadul jadah bakar ini kebanyakan dari orang yang sudah tua. "Peminat nya cuman ya orangnya ibu-ibu gtu, maksudnya kalau anak muda sekarang ngertinya roti." Ujar Pak Shobirin .Kita sebagai warga negara indonesia haruslah tetap mendukung keberadaan makanan khas terutama yang sudah tua agar eksistensi nya terus ada dan cita rasa nya tetap dapat dinikmati oleh semua orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline