Lihat ke Halaman Asli

Muhammad AldySetiawan

informatif & Inspirasi

Taman Nasional Tanjung Puting Ditutup, para Pekerja Wisata Banting Setir Saat Pandemi

Diperbarui: 11 November 2021   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Sejak terjadinya pandemi Covid-19 khususnya di wilayah kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), pemerintah dengan terpaksa harus menutup beberapa tempat wisata yang ada, termasuk kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Secara ekonomi, hal ini tentu saja berdampak secara ekonomi terhadap geliat ekonomi masyarakat, khususnya para pelaku industri wisata di Kobar. Seperti diketahui, TNTP menjadi tempat dengan daya tarik utama bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Kobar.

Keputusan menutup Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) dikeluarkan melalui surat dari Balai TNTP Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, tertanggal 17 Maret 2020.

Para pelaku usaha atau pegiat sektor wisata TNTP ini harus memutar otak mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Seperti yang diungkapkan Yuda (23), ia menjadi tour guide wisata di Taman Nasional Tanjung Putting, Kecamatan Kumai, kabupaten Kotawaringin-Barat. Ia mengungkapkan bahwa penghasilan dari wisata ini menurun sangat drastis, bahkan wisata ini 90% tutup atau mati total yang berdampak pada perekonomian mereka.

"90 % wisatawan di tanjung puting tenggelam akibat pandemi bahkan mencapai 100% entah turis dari manca negara/lokal semenjak lockdown, pada saat itu penurunan wisata sangat berkurang jauh, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada, dalam kurun 2 tahun terakhir, sangat berbeda jauh dengan sebelum adanya pandemi, kalau dikatakan turun dratis , iyaa karena pariwisata Indonesia terkhususnya ditaman nasional tanjung puting bisa dikatakan mati total disaat pandemi ini," ujarnya, 10 November 2021.

Yuda mengatakan dampak dari penutupan lokasi wisata TNTP ini sangat merugikan semua pihak untuk pegiat wisata ini. Ia juga mengungkapkan bahwa semua pegiat wisata ini banting stir mencari pekerjaan lain untuk bertahan hidup.

"sekitar 40% dari kami  pekerja parawisata khususnya pemilik kelotok (kapal wisata) mengalami kerugian besar, akibat tidak terurusnya kelotok (kapal wisata) dan tenggelam. para pelaku pariwisata ditntp, mereka banting stir mencari pekerjaan lain, karena yang terkena dampak bukan hanya guide , travel saja, ada beberapa melingkupi captain kapal, asisten kapal,chef, driver, mereka semua bertahan hidup bekerja apapun, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, beberapa contoh ada yang menjadi buruh , ada yang jadi pedagang pentol, tukang parkir, apapun itu yang terpenting kebutuhan sehari-hari terpenuhi," Ungkapnya.

Ia berharap agar pandemi ini segera cepat berlalu, sehingga semua aktivitas hingga kegiatan dapat kembali normal seperti biasanya. Ia berharap agar aktivitas wisata ini pulih dan kembali beroprasi seperti biasanya.

"banyak dari kami meharapkan kembali dan bekerja seperti dulu lagi di tanjung puting nasional park dan sambil menunggu normal seperti dulu lagi sebagian pelaku parawisata memanfaatkan kelotok (kapal wisata) dengan susur sungai untuk melihat sunset di daerah kumai atau kawasan TNTP" pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline