Pandemi virus corona -- atau lebih dikenal dengan istilah "Covid-19" -- yang melanda dunia sejak akhir 2019, telah memberi dampak luar biasa bagi seluruh umat manusia. Salah satunya adalah perubahan gaya hidup demi dapat terus beraktifitas di tengah pandemi, atau yang umumnya dikenal dengan "adaptasi kebiasaan baru". Faktor kesehatan dan kebersihan menjadi prioritas utama dalam berkegiatan, baik di perkantoran, di tempat umum, maupun di lingkungan masyarakat terkecil yaitu keluarga.
Mencuci tangan dengan sabun / hand sanitizer dan menggunakan masker, telah menjadi gaya hidup baru di tengah pandemi. Kemudian, demi mempercepat penanganan covid-19, sejak Januari 2021 Pemerintah Indonesia menetapkan status "Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat" (PPKM), mulai tingkat kota/kabupaten hingga tingkat nasional dengan berbagai level. PPKM ini meliputi pembatasan tempat kerja/perkantoran dengan menerapkan kerja dari rumah (WFH), membatasi makan/minum di restoran, membatasi jam operasional pusat perbelanjaan, hingga membatasi kapasitas tempat ibadah.
Penerapan PPKM ini terbukti mampu mempercepat penanganan covid-19. Hingga akhirnya pada 30 Desember 2022, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan pencabutan status PPKM di seluruh kabupaten/kota, yang sebelumnya berstatus level I.
Jokowi mengatakan, pencabutan itu berdasarkan data-data kasus COVID-19 di Indonesia yang sudah menunjukkan penurunan baik kasus aktif maupun kematian di bawah standar WHO. Hal tersebut berdasar data per 27 Desember 2022 yang menunjukkan bahwa kasus harian 1,7 kasus per 1 juta penduduk, positivity rate mingguan 3,35 persen, tingkat perawatan RS atau BOR berada di angka 4,79 persen dan angka kematian di angka 2,39 persen.
Dengan demikian, saat ini di Indonesia sudah tidak ada lagi pembatasan kerumunan dan pergerakan masyarakat. Lalu, apakah penggunaan masker masih diperlukan?
Manfaat Masker
Selama pandemi, masker menjadi "primadona" karena menjadi benda yang selalu digunakan dan dibawa saat beraktifitas. Penggunaan masker -- baik masker medis maupun masker kain -- diyakini dapat menjadi salah satu cara mencegah penyebaran virus corona.
Selain mencegah penyebaran virus corona, penggunaan masker yang benar juga dapat membantu mecegah penyebaran virus-virus lain, seperti flu, batuk, serta infeksi saluran pernapasan akut.
Tidak hanya itu, melansir dari website dinkes.sumbarprov.go.id, penggunaan masker juga dapat melindungi diri kita dari paparan polusi udara. Asap dari kendaraan bermotor, pabrik, rokok, dan debu, adalah beberapa jenis polusi udara yang bisa ditemukan setiap harinya. Paparan polusi ini dapat memengaruhi kinerja paru-paru serta meningkatkan risiko terserang penyakit pernapasan seperti asma dan PPOK, penyakit jantung, dan kelahiran prematur. Masker, dapat menyaring udara yang kotor sebelum terhirup oleh hidung.
Agar masker yang beredar di Indonesia dapat terjamin kualitasnya, Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait masker, baik masker medis maupun masker kain. SNI ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pelaku usaha dalam memproduksi masker.