Lihat ke Halaman Asli

The Power of Goban

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SALE mungkin istilah ini ga ada yang ga kenal. Dari anak kecil sampai orang yang sudah berumur (apalagi). Dari orang dengan latar belakang sosial, ekonomi pastilah paham dengan kata yang satu ini. Dan terus terang, buat saya pribadi, ketika mendengar kata ini pasti adrenalinnya naik (ya layaknya orang yang sedang naik gunung, ngebut-ngebutan di jalanan atau nyebrang di jalan tol – waaaakss.. yang ini bukan bikin adrenalin meningkat lagi, tp emang orang kurang kerjaan aja dan ga bisa ngehargain hidup).

Tapi tilik saja, tidak hanya di kota-kota besar, dimanapun yang namanya sale pasti mengundang banyak orang. Entah itu memang benar kalau harganya memang didiskon sesuai dengan harga awalnya atau seperti rahasia umum yang sudah beredar di masyarakat kalo di acara-acara sale macam itu harganya dinaikin dulu baru didiskon harganya. Wallahualam.

Ambillah contoh event-event yang digelar secara rutin seperti misalnya … Big Sale (merujuk pada salah satu department store terkemuka di kota-kota besar), Jakarta Great Sale, (yang katanya diadakan untuk dapat mampu menyaingi negara tetangga), atau yang saat ini sedang happening yaitu Late Night Sale. Jangan salah mengira lho kalau Late Night Sale itu sepi pengunjung karena acaranya diadakan di malam hari. Justru yang terjadi adalah sebalikannya. Ada salah seorang expatriate yang saya kenal dan waktu diadakannya late night shopping itu beliau iseng untuk mengunjunginya. Tempatnya saat itu di salah satu mall besar di daerah Senayan. Dan guess what, dia harus rela turun dari taksi dan berjalan lumayan jauh dari Sudirman ke Senayan hanya karena maceeeeettttttt antrian kendaraan yang mau antri masuk ke mal tsb dan akhirnya beliau berkata, ”This is the first and the last time”. Atau misalnya fenomena antrian sandal karet impor yang mengular sampai beberapa lantai. Padahal siy kalau dilihat kembali, harganya juga ga murah-murah amat. Takjub, hanya itu satu kata yang bisa diungkapkan.

Hal ini juga yang coba saya terapkan di online shopping milik saya. Awalnya memang saya pernah menggunakan taktik marketing macam ini (kalau boleh dibilang sebagai salah satu taktik marketing lho ya.. habis saya jualan tapi ga punya ilmu marketing sama sekali, alias bondo nekat). Jadi barang-barang yang sudah lama dan ga up to date saya turunkan harganya (ga pakai hitungan berapa persennya, pokoknya diturunin aja). Tapi kalau yang ini asli, ga saya naikkin dulu lho harganya. Soalnya saya ga mau dapat cercaan dari konsumen-konsumen lama saya yang sudah tahu harganya duluan. Atau bahkan sudah mengincar satu produk tapi (mungkin) harganya mahal (menurutnya – padahal siy bener deh harganya ga mahal hehehe sekalian promosi). Yah mahal kan relatif, tapi kalau sesuai dengan kualitas, apa bisa dibilang mahal? (asyik-asyik ngeles aja)

Tapi tetap saja ada beberapa barang yang meskipun sudah diturunkan harganya tapi tidak diturunkan juga dari lemari pajangan alias belum laku. Tiba-tiba saja terpikirlah suatu ide yaitu menjual semua barang yang sudah jadul alias jaman dulu dalam satu harga yaitu Rp. 50.000 (Stop!! Jangan berfikir bahwa barang-barang jadul koleksi saya itu benar-benar jadul ya karena dapat dipastikan bahwa itu masih diproduksi di tahun 2009 koq, hanya saja memang sudah lama ngendon di lemarinya). Dan responnya sungguh diluar dugaan. Walhasil pada hari itu saya kerepotan pastinya karena tiba-tiba muncul banyak pesanan bahkan sampai wl alias waiting list. Benar-benar hari yang sangat berbeda dibandingkan hari biasanya. Entah memang karena efek harganya yang hanya Rp. 50.000 atau memang masyarakat kita yang doyan dengan yang namanya sale itu. Tapi yang pasti, saya senanglah karena akhirnya saya bisa menambah omzet untuk bulan ini. Dan kalau boleh saya bangga, tidak lama kemudian, banyak on line shopping tetangga dunia maya saya yang akhirnya melakukan hal yang serupa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline