[caption id="attachment_187797" align="alignleft" width="259" caption="Anda berminat seperti mereka? (sumber: google)"][/caption] Tulisan ini hanya sekedar murni sharing semata dan tidak bermaksud untuk memojokkan seseorang atau sekelompok orang tertentu.
Yang ingin saya bagi disini hanya kelakuan orang-orang yang mungkin sudah menjadi bagian dari gaya hidup kita sehari-hari.
Akhir-akhir ini saya mulai menyadari bahwa terdapat beberapa orang yang bertingkah seenaknya sendiri dan tak ubahnya menjadi preman kecil-kecilan. Yah katakanlah misalnya aksi mengendarai kendaraan yang tidak tertib (tidak menyalakan lampu motor, berkendara melawan arus, ngetem di sembarang tempat, membunyikan klakson sekeras-kerasnya padahal memang kondisi jalan tidak memungkinkan untuk maju bahkan sampai berteriak kata-kata kasar dan tidak sopan).
Awalnya saya tidak begitu menggubris keadaan tsb dan ketika suami sering ngomel saat harus berhadapan dengan kondisi demikian, selalu saya jawab dengan, ”Sabar aja, dia lagi kebelet pipis kali”. Tapi anehnya, keadaan seperti ini semakin lama semakin sering terjadi, dan akhirnya membuat saya berpikir apa orang-orang ini gak punya aturan? Waduh kalau dibiarkan seperti ini bakal repot juga ya? Orang seenaknya sendiri, dan ga mau peduli sama yang lain. Dan hal ini tidak hanya terjadi pada orang-orang dengan kondisi ekonomi lemah saja yang mungkin tidak berpendidikan. Bahkan saya pun sering menjumpai orang-orang macam ini yang tinggal di kawasan elit, berkendara mobil mewah dan tak lupa menenteng gadget mutakhir. Jadi, jangan pula jadikan kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan sebagai faktor pendorong.
Mungkin ada anggapan bahwa ”hidup di Jakarta itu keras Bung!”, kita menindas atau kita yang nantinya tertindas. Nah kalau pahamnya seperti ini, silakan saja tinggal di hutan, Bung ! (hehehe.. kasian si ”Bung” ini suka jadi kambing hitam. Kenapa juga ga, ”Neng”, ”Bang” atau ”Mas” sekalian?).
Orang seringkali menunjuk-nunjuk si A ga tau aturan, si B itu preman, tapi apakah kita sudah bercermin pada diri sendiri?
Saya pribadi selalu menganut paham bahwa ketika kita menunjuk-nunjuk orang lain karena kesalahannya, sebenarnya di tangan kita itu ada 3 jari lainnya yang sedang menunjuk ke arah kita sendiri. Artinya, banyak orang marah, kecewa, tidak puas terhadap tingkah laku orang lain tapi ternyata dirinya sendiri pun juga masih melakukan hal-hal kecil yang sifatnya remeh temeh namun secara tidak langsung mengganggu kepentingan orang lain (mungkin juga orang banyak).
Jadi, masih berminat jadi preman?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H