Lihat ke Halaman Asli

Aldriyety Merdiarsy

Menulis, Puitis tapi tidak Pulpitis

Kembali ke Fitri Pasca-Pesta Demokrasi

Diperbarui: 3 Juni 2019   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pada 17 April 2019 lalu Indonesia telah melaksanakan pesta Demokrasi untuk kesekian kalinya. Salah satu yang berbeda kali ini adalah penyelenggaraan pemilihan presiden dan wakil presiden dibarengi dengan pemilihan anggota legislatif. Setelah momentum besar "pesta" ini banyak. dari kejadian yang tidak diharapkan justru terjadi. Ujaran kebencian, kerusuhan, dugaan - dugaan kecurangan bermunculan menghiasi kehidupan masyarakat bahkan hingga akhir - akhir ini.

Datangnya bulan suci tidak menjadikan atmosfer panas meredam. Bukankah sebuah ironi ketika bulan yang suci tidak lagi mampu menjadikan semangat kebaikan dan persatuan. Bahkan kini Ramadan hampir usai, bukankah surah waktunya kita terus mengintropeksi untuk kembali ke Fitri?

Kembali ke Fitri. Lebih dari sebuah kiasan mencapai hari Raya Idul Fitri setelah melewati sebulan berpuasa di bulan Ramadhan. Kembali ke Fitri memiliki makna memulai kembali dengan sebuah semangat dan kesucian yang baru. Polarisasi di masyarakat pasca pemilu timbul memecah kerukunan yang sebelumnya ada. Dengan kembali ke Fitri menjadikan momentum Hari Raya Idul Fitri untuk kembali menjalin persatuan yang beberapa waktu terakhir terpecah karena perbedaan pandangan politik.

Kembali ke Fitri adalah sebuah semangat untuk menunjukan ekspresi dari menahan dan memperbaiki diri selama bulan Ramadan. Menjadikan pribadi yang lebih dewasa dari menanggapi perbedaan, menjunjung tinggi nilai toleransi sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW. 

Momentum besar ini harus bisa dimaksimalkan untuk bisa mencapai nilai kembali ke Fitri itu sendiri. Pemerintah sebagai umara dan para tokoh agama selaku ulama perlu bergandengan tangan dalam memperbaiki kerusakan dan keburukan yang terjadi di masyarakat. Tradisi-tradisi kerukunan dan persatuan di Hari Raya Idul Fitri bisa menjadi salah satu cara untuk mendinginkan suasana.

Kembali ke Fitri juga tidak hanya memperbaiki hubungan yang mulai merenggang tapi juga memiliki suatu itikad menuntaskan segala permasalahan yang terjadi. Kesalahpahaman dan Dugaan kecurangan harus diselesaikan dengan tuntas dengan damai dan seadil-adilnya. Kerusuhan harus diselesaikan dengan damai, nyawa yang hilang dan segala pelanggaran harus diadili dan diselesaikan setuntas-tuntasnya agar tercipta keadilan dan kedamaian seperti semula. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline