Lihat ke Halaman Asli

Aldo Tona Oscar Septian

Sarjana Hukum dengan predikat Cumlaude

Urgensi Cuaca dan Iklim di Palembang pada Bulan Agustus 2024

Diperbarui: 28 Agustus 2024   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak, S.H. (Sumber Gambar: Pribadi)

Palembang, sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, sering menghadapi tantangan lingkungan dan sumber daya air yang signifikan, terutama saat memasuki semester kedua setiap tahunnya yang diawali pada bulan Agustus ini. Selama periode ini, Palembang mengalami puncak musim kemarau, yang diikuti oleh awal musim hujan. Tantangan-tantangan ini mencakup penurunan ketersediaan air, kebakaran hutan dan lahan, kabut asap, serta risiko banjir. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan solusi yang terintegrasi dan kolaboratif, melibatkan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

Solusi Untuk Mengatasi Kekeringan dan Krisis Air

1. Pengelolaan Sumber Daya Air yang Terintegrasi

  • Optimalisasi Waduk dan Bendungan: Palembang bergantung pada sungai dan waduk sebagai sumber utama air. Untuk menghadapi musim kemarau di bulan Agustus, pengelolaan waduk dan bendungan harus dioptimalkan. Ini termasuk memastikan bahwa waduk-waduk telah terisi penuh selama musim hujan sebelumnya dan dikelola secara bijak untuk memenuhi kebutuhan air selama kemarau.
  • Teknologi Irigasi Hemat Air: Penerapan teknologi irigasi hemat air, seperti irigasi tetes dan sprinkler, dapat membantu mengurangi penggunaan air di sektor pertanian. Teknologi ini memungkinkan air disalurkan langsung ke akar tanaman sehingga mengurangi evaporasi dan pemborosan air.
  • Penggunaan Air Tanah yang Berkelanjutan: Pemerintah perlu mengatur penggunaan air tanah dengan lebih ketat, mengingat eksploitasi yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Penggunaan air tanah harus dibatasi dan diawasi, dengan memprioritaskan penggunaannya untuk kebutuhan domestik dan industri yang penting.

2. Konservasi Air dan Kesadaran Publik

  • Kampanye Hemat Air: Kampanye publik untuk menghemat air perlu digencarkan selama musim kemarau. Masyarakat perlu diberi edukasi mengenai cara-cara sederhana untuk menghemat air, seperti mematikan keran saat tidak digunakan, memperbaiki kebocoran, dan menggunakan air secara efisien.
  • Pemanfaatan Teknologi Pemurnian Air: Di wilayah-wilayah dengan akses terbatas ke air bersih, teknologi pemurnian air seperti penyaringan sederhana dan penggunaan desinfektan dapat membantu memastikan bahwa air yang tersedia aman untuk dikonsumsi.

Solusi Untuk Mengatasi Kebakaran Hutan dan Kualitas Udara yang Buruk

1. Penegakan Hukum dan Pencegahan Kebakaran Hutan

  • Pengawasan dan Penegakan Hukum: Pemerintah daerah harus memperketat pengawasan terhadap aktivitas pembakaran lahan yang ilegal. Penegakan hukum yang tegas dan cepat terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan akan menjadi langkah pencegahan yang efektif. Patroli rutin dan penggunaan teknologi pemantauan seperti drone dan satelit dapat membantu mendeteksi dan mencegah kebakaran sebelum menyebar luas.
  • Pengembangan Alternatif untuk Pembukaan Lahan: Pengembangan dan promosi metode pembukaan lahan yang ramah lingkungan, seperti metode pertanian tanpa bakar atau penggunaan mesin untuk membersihkan lahan, harus didorong. Pemerintah juga dapat memberikan insentif kepada petani yang menggunakan metode ini.

2. Perbaikan Kualitas Udara

  • Sistem Peringatan Dini dan Pemantauan Kualitas Udara: Pemerintah harus memperkuat sistem peringatan dini untuk kualitas udara, terutama di musim kemarau ketika kebakaran hutan dan lahan sering terjadi. Sistem ini harus mampu memberikan informasi real-time kepada masyarakat sehingga mereka dapat mengambil tindakan pencegahan, seperti menggunakan masker atau mengurangi aktivitas di luar ruangan.
  • Pengurangan Emisi dan Transportasi Ramah Lingkungan: Mengurangi emisi dari kendaraan bermotor melalui peningkatan penggunaan transportasi publik yang ramah lingkungan, seperti bus listrik atau kereta api, dapat membantu mengurangi polusi udara di Palembang. Selain itu, pengembangan jalur sepeda dan pejalan kaki juga dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor.

Solusi untuk Menghadapi Risiko Banjir di Awal Musim Hujan

1. Pengelolaan Infrastruktur Drainase yang Efektif

  • Peningkatan dan Perawatan Drainase: Palembang perlu meningkatkan kapasitas dan efektivitas sistem drainase kota. Pembersihan rutin saluran drainase dari sampah dan sedimentasi harus dilakukan untuk memastikan bahwa air hujan dapat mengalir dengan lancar dan tidak menyebabkan genangan atau banjir. Selain itu, pembangunan drainase tambahan di daerah-daerah rawan banjir harus diprioritaskan.
  • Penggunaan Teknologi Berbasis Alam: Solusi berbasis alam, seperti pembangunan taman kota yang berfungsi sebagai area resapan air, serta penggunaan material permeabel untuk jalan dan trotoar, dapat membantu mengurangi aliran permukaan dan mencegah banjir. Penanaman vegetasi di daerah perkotaan juga dapat meningkatkan penyerapan air hujan.

2. Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana Banjir

  • Pelatihan dan Edukasi Masyarakat: Pelatihan kesiapsiagaan bencana harus dilakukan secara berkala, terutama di komunitas-komunitas yang tinggal di daerah rawan banjir. Masyarakat perlu diberi pemahaman tentang tanda-tanda awal banjir, jalur evakuasi, dan cara-cara melindungi diri dan keluarga selama bencana.
  • Pembangunan Infrastruktur Tahan Banjir: Di daerah yang rentan terhadap banjir, pembangunan infrastruktur tahan banjir, seperti tanggul, dinding penahan air, dan pompa air sangat penting. Infrastruktur ini harus dirancang untuk menahan curah hujan ekstrem yang mungkin terjadi akibat perubahan iklim.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline