Lihat ke Halaman Asli

Pertempuran dan Taktik Gerilya

Diperbarui: 20 Mei 2024   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Militer.ID

Salah satu taktik tempur militer yang paling umum digunakan adalah perang gerilya. Di Indonesia taktik ini banyak digunakan oleh para komandan seperti Jenderal A.H Nasution yang memimpin Divisi Siliwangi. Jenderal Soedirman sebelumnya pernah menggunakan cara ini untuk mengalahkan tentara kolonial Belanda.

Perang gerilya adalah metode peperangan yang menggunakan taktik peperangan khusus seperti sembunyi-sembunyi, serangan mendadak atau penyergapan dan beroperasi di wilayah kecil.

Taktik perang gerilya atau guerrilla warfare, secara harafiah berarti peperangan berskala kecil. Taktik perang gerilya adalah taktik perang yang melibatkan tipu daya, penipuan dan serangan mendadak berdasarkan kecepatan dan menghilang sebelum musuh sempat bereaksi.

Taktik gerilya Jenderal Soedirman ditunjukan untuk menghancurkan Belanda. Hal ini dilakukan dengan berpindah dari satu tempat ke tempat lain di sepanjang sungai, gunung, dataran, dan hutan. Selain itu, dalam perang tersebut, tentara juga bergabung dengan masyarakat.

Saat melakukan manuver gerilya, Jenderal Soedirman terjangkit TBC sehingga terpaksa dibawa ke gubuk oleh tentara lain. Selain strategi tersebut, Sudirman juga harus menggunakan strategi berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan memasuki desa-desa kecil. Tidak dapat dipungkiri bahwa Belanda saat itu menguasai pusat kota.

Sumber : Daerah perpustakaan dan Arsip daerah DIY

Pada penyerangan kedua tentara Belanda saat itu, kota Yogyakarta menjadi sasaran utama penyerangan. Sebelumnya Belanda menguasai Jakarta dan Yogyakarta menjadi ibu kota sementara. Serangan pertama Belanda di kota ini dilakukan melalui pangkalan udara Maguwo, kemudian dilanjutkan serangan melalui jalur darat.

Puncak penyerangan terjadi pada pagi hari tanggal 1 Maret 1949, ketika tentara Indonesia menyerang pangkalan militer Belanda. Serangan serentak ini terjadi tidak hanya di Yogyakarta tetapi di seluruh wilayah Indonesia. Tentara Indonesia merebut kembali Yogyakarta hanya dalam waktu enam jam. Peristiwa ini disebut juga dengan serangan umum 1 Maret.

Seiring berjalannya waktu, perang gerilya secara bertahap mulai berubah dari masa lalu, dan perang gerilya semakin banyak digunakan oleh kekuatan asing. Di zaman modern, perang gerilya berguna sebagai pelengkap strategi keterlibatan politik dan militer yang lebih besar, sebuah peran yang melengkapi operasi militer ortodoks baik di wilayah musuh maupun di wilayah yang ditaklukkan dan diduduki.

Perbedaan perang gerilya dulu dan sekarang adalah jumlah tentara modern jauh lebih sedikit dibandingkan generasi sebelumnya, sehingga sangat sedikit orang yang bersentuhan langsung/memahami taktik perang gerilya tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline