Lihat ke Halaman Asli

Aldo Bole

Mahasiswa

Integrasi Ekonomi dan Konflik: Analisis Kasus Asia Timur dan Pasifik

Diperbarui: 16 Januari 2023   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Integrasi ekonomi melalui perdagangan dan investasi yang intensif dapat menyebabkan negara-negara saling tergantung satu sama lain yang justru akan menimbulkan konflik menjadi lebih besar, sehingga sangat dibutuhkan suatu komitmen bersama  untuk membantu dalam memelihara perdamaian dan stabilitas. Hal ini tentunya terjadi karena saling ketergantungan dapat meningkatkan risiko ketegangan geopolitik yang dapat berubah menjadi konflik terbuka.

Di Asia Timur dan Asia Pasifik, situasinya hampir mirip seperti yang di gambarkan di atas. Konflik terbuka terakhir di Asia Tenggara terjadi pada tahun 1979 ketika China menginvasi Vietnam. Meskipun ada celah keamanan dan geopolitik yang dalam, Asia Timur Laut telah bebas dari konflik terbuka sejak gencatan senjata Korea ditandatangani pada tahun 1953. Perdamaian ini dibangun melalui hubungan perdagangan dan investasi yang lebih besar antar negara di seluruh kawasan.

Dalam tiga dekade terakhir, perdagangan antar negara di Asia Tenggara telah tumbuh rata-rata 11 persen per tahun, yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDB di kawasan tersebut selama periode yang sama. Rantai nilai regional yang muncul pada 1980-an juga memunculkan hubungan investasi antara ekonomi di Asia Timur Laut, yang membuatnya menjadi lebih stabil dan aman.

Dua perkembangan besar di Asia Timur dan Pasifik dalam tiga dekade terakhir yang menegaskan dinamika integrasi ekonomi dan geopolitik adalah kebangkitan China dan proliferasi perjanjian perdagangan regional (RTA). Pertumbuhan ekonomi dan teknologi China yang pesat telah mengubah keseimbangan kekuatan di wilayah tersebut. 

Integrasi China ke dalam ekonomi global pada akhir 1990-an membuat pertumbuhan regional menjadi lebih cepat, tetapi juga meningkatkan ketegangan geoekonomi karena China menjadi lebih kompetitif dibandingkan negara lain. Tuntutan China untuk pengakuan yang lebih besar dan pembagian kekuasaan dalam agenda global juga membuat negara lain merasa tidak nyaman.

Sementara itu, proliferasi perjanjian perdagangan telah mengurangi risiko yang berasal dari meningkatnya saling ketergantungan ekonomi. Asia Timur dan Pasifik memulai integrasi formalnya dengan Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN pada tahun 1993. Setelah itu, beberapa negara di Asia Timur dan Pasifik menandatangani perjanjian bilateral dan regional dengan negara lain seperti Jepang, China, dan Australia. 

Tujuan dari perjanjian ini adalah untuk mengisi kesenjangan dalam pembuatan aturan dan liberalisasi di tingkat global. Perjanjian tersebut menciptakan aturan untuk hubungan perdagangan dan investasi dan menyediakan platform untuk menyelesaikan perselisihan. Meskipun perjanjian perdagangan tidak serta merta menghilangkan konflik, mereka membantu dalam mengurangi risiko dan memelihara stabilitas ekonomi dan politik di kawasan ini.

Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa integrasi ekonomi dapat membantu dalam memelihara perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Namun, ada juga risiko bahwa saling ketergantungan ekonomi dapat meningkatkan ketegangan geopolitik. Kebangkitan China dan proliferasi perjanjian perdagangan regional telah menyoroti dinamika ini dan menunjukkan bahwa kerja sama ekonomi dapat membantu dalam mengurangi risiko konflik dan memelihara stabilitas di kawasan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline