Lihat ke Halaman Asli

Kegelapan Pasca Perang

Diperbarui: 20 Mei 2024   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.artoyster.com/images/products/h/he/henri_le_sidaner/place_de_puits_en_honfleur.jpg

Di sebuah desa kecil yang terletak di Jerman Barat, pada tahun 1947, penduduk desa sedang berusaha untuk pulih dari kehancuran setelah Perang Dunia II.  Rumah-rumah yang rusak, jalanan  yang dipenuhi puing-puing menjadi pemandangan yang mereka lihat setiap harinya. Pasca perang desa itu menjadi sepi penduduk, hanya terdapat 90 penduduk yang tersisa, diantaranya adalah paruh baya, ibu hamil, dan anak-anak.  Sedangkan sisa dari mereka dipaksa untuk menjalankan wajib militer, dan mereka semua adalah laki-laki, mulai dari remaja hingga orang dewasa. Mereka tunduk dan mengikuti apa yang diminta oleh negara-nya, sekalipun itu bukanlah keinginannya. Tak bisa ditolak, tak bisa menghindar. Mereka semua hanyalah domba-domba pemerintahan, jika pengembala bilang A, mereka harus mengikut. Jika tidak, maka mereka harus menjalani konsekuensi yang ada. 

Hans, seorang petani tua, baru saja selesai mengikat jerami kedalam lumbungnya, ketika dia tiba-tiba mendengar suara aneh dari arah kebunnya yang berada di belakang. Malam itu gelap hanya cahaya bulan yang menyinarinya dengan samar-samar. Dengan segera Hans mencari lentera yang tadi dia bawa dan dia berjalan dengan hati hati mendekati sumber suara.  Di balik semak-semak dia melihat bayangan seseorang bergerak cepat, mencoba mengambil beberapa kentang dari tanahnya. Hans mengamatinya dengan seksama, Ia mengenali wajah itu. Frau Mller, janda anak 3 yang tinggal di sudut gang. 

Dahulu Frau Mller dan suaminya adalah orang kaya. Mempunyai rumah yang luas, keluarga yang harmonis, anak-anak yang manis, dan mempunyai pusat peternakan kuda pacu di desa , tetapi semua itu lenyap. 2 tahun lalu, suaminya diminta untuk mengikuti wajib militer dan Ia pun melaksanakannya. Seiring waktu keadaan dalam medan perang semakin sulit, dalam sebuah perang di perbatasan antara Jerman dan Polandia, Ia tertangkap oleh musuh dan dibawa untuk diinterogasi. Dia dengan keteguhannya berhasil untuk tidak menjawab satu pertanyaan akan tetapi pihak musuh tidak menyerah, mereka mencari tahu segala informasi tentang dirinya. Pihak musuh sudah mengetahui identitasnya, dimana rumahnya, siapa pasangannya, siapa orang tuanya. Karena orang tuanya sudah tiada, mereka fokus kepada istrinya untuk dijadikan sandra. Setelah dilakukan negosiasi suami dari Frau Mller menyerah, dia tidak mau melibatkan istrinya, dia menyerahkan segala informasi yang dia punya, terkait strategi yang dimiliki Jerman, jumlah armada, dan informasi lainnya. 

Tidak berhenti disitu, setelah mendapatkan apa yang mereka mau, mereka memaksanya untuk membelot ke pihak musuh, jika tidak maka tidak akan dilepaskannya dari hukuman. Dengan terpaksa Ia menerima tawaran itu, mungkin berat untuk menghianati negaranya tapi satu-satunya jalan yang menguntungkan dia hanya itu saja. Dia harus bertahan hidup dengan cara apapun. Singkat cerita aksi penghianatannya kepada pemerintah Jerman ketahuan. Rumah, segala harta dan bendanya diambil alih oleh pemerintah, istrinya yang tidak tahu apa apa bingung, tidak ada penjelasan apapun terkait kenapa segalanya bisa terjadi. Dan suaminya diburu oleh pihak Jerman, Ia pun diadili. Setelah kepergian suaminya, dia mengerti alasan dari semuanya yang menimpa dirinya. Rumahnya yang luas telah diambil, keluarganya yang harmonis telah kehilangan satu anggota, anak-anaknya yang manis berubah menjadi anak-anak yang murung. Karena sudah tidak punya apapun akhirnya Frau Mller beserta anaknya mencari tempat tinggal yang kosong, yang sudah tak berpenghuni, hingga dia menemukan sebuah bangunan kecil di sudut gang, yang luasnya hanya sepetak. 

Perang mengubah segala aspek dalam kehidupan, ekonomi, kesehatan, kebiasaan. Perang mengubah kehidupan Frau Mller menjadi menyedihkan, Dia adalah korban dari keganasan perang. Hans mengetahui keadaan Frau Mller yang menyedihkan itu, maka Hans mendekat, dan menyodorkan lentera yang terang itu kehadapannya. "Apa yang anda lakukan disini, Frau Mller ?", tanya dengan tegas dan penuh pengertian. Frau Mller terkejut dibuatnya, kentang yang ditangannya kini pun jatuh berhamburan ke tanah. "Aku.. minta maaf Hans, aku butuh sedikit makanan untuk anak-anakku. Kami benar benar tidak mempunyai apapun". 

Hans  terdiam, Ia memahami kondisi keluarga itu. "Mengapa Engkau tidak datang saja ke rumahku dan meminta bantuan? Mengambil hak orang lain adalah tindakan yang buruk".  Frau Mller paham dengan perkataan terakhir dari Hans, "Tapi itu yang dilakukan oleh pemerintah terhadap keluargaku Hans. Aku tidak tahu sama sekali apa yang diperbuat oleh suamiku, aku juga lupa kapan terakhir melihatnya. Yang ku ingat terakhir kali aku melihatnya adalah ketika Ia akan pergi wajib militer. Setelah itu pun aku tidak tahu Hans, aku tidak tahu suamiku masih hidup atau tidak, aku sama sekali tidak tahu. Hingga suatu ketika aku mengetahui kabarnya, Ia membelot, dan karena itu juga keluargaku kehilangan segalanya. Mengapa pula Aku dan anak-anakku harus menanggung beban? Apakah pemerintah tidak cukup mengambil suamiku dan memaksanya melakukan kegiatan yang tidak ingin dia lakukan? Apakah tidak ada cara lain Hans? Kalau sudah seperti ini, bagaimana bisa Aku dan anak-anakku yang malang melanjutkan hidup? Kepada siapa kami perlu bergantung?" 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline