Lihat ke Halaman Asli

Berteman sama Orang-orang yg Tidak Ambisius (Baca: Bersyukur)

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13348339551202964570

Diskusi super ringan di staff room pada sore hari sering kami lakukan. Selain ingin ngopi krn ngantuk dan jenuh, kami sering ngobrol ngalor-ngidul membahas sembarang topik.

Yg datang awal di staf room hanya kami bertiga, kebetulan kami bekerja satu tim ngurusi pekerjaan air minum dan sanitasi. Kami bertiga ini bekerja di institusi/lembaga yang cukup mentereng, sebuah lembaga yang dinamakan bank pembangunan (maaf, tidak perlu menyebut nama ya).

Topik kali ini adalah soal karir dan pengembangan diri. Saya mengawali diskusi dengan refleksi dari saya sendiri selama bekerja di lembaga ini. Saya katakan kepada mbak S, salah satu dari 2 teman yang menemani saya ngopi, begini: "mbak, kira-kira kita ini nanti akan menjadi apa ya jika 10 tahun ke depan masih disini?" Kedua teman saya, termasuk si mbak S tadi gak bisa menjawab.

Bukankah kita bicara karir dan pengembangan diri untuk memperoleh jabatan atau karir yang lebih baik dari sekarang? Bukankah ada jabatan yg cukup bagus di lembaga ini yang bisa kita raih dengan gaji yang cukup bagus? Kami bertiga bengong mau jawab apa.

Jujur saya katakan bahwa selama kami bekerja di lembaga ini, nampaknya kami sepakat bahwa jenis pekerjaan, suasana bekerja, dan insentif yang kami dapat sudah cukup bagus dari apa yang selama ini kami inginkan. Kami mempunyai kapasitas yang pas untuk dapat membantu lembaga ini bahkan negeri ini dalam urusan pekerjaan. Kami pun merasa kami punya kapasitas yang pas-pasan untuk dapat mengejar karir lebih tinggi di lembaga ini dibandingkan dengan teman-teman kami yang memang pantas menduduki jabatan tersebut. Tidak ada sesuatu yang dikejar kalau hanya bicara soal karir dan jabatan di lembaga ini.

Soal pengembangan kapasitas, kami pun sudah melakukannya dan ingin mengembangkannya terus. Soal apakah nanti kami punya karir dan jabatan bagus pada 10 tahun mendatang, maka kami sepakat bahwa itu kita pasrahkan saja pada mekanisme yang berjalan di lembaga ini. Tentunya soal rejeki dan nasib biar Tuhan yang mengurusi.

Ngobrol soal karir berhenti manakala dua orang lainnya ikut nimbrung di meja kami. Topik pun berubah. Kali ini soal pengalaman jadi orang miskin dan nasib orang yang tidak pernah miskin. Hehehe....

[caption id="attachment_182934" align="alignleft" width="281" caption=""][/caption]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline