Lihat ke Halaman Asli

Aldi Tia Prayoga

Petani Kota

Aku Ayah, dan Laut

Diperbarui: 5 April 2022   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

         Di sore hari yang menguning lengit, ada seorang Nelayan dan anaknya yang sedang melepas rindu. Di tengah hamparan laut mereka memancing ikan diantara tumpukan-tumpukan sampah yang membentang disekeliling mereka. Sang Ayah sangat merindukan masa-masa ini, tetapi si anak malah sebaliknya, ia lebih senang dengan kehidupan barunya di Kota. Dengan raut wajah yang bosan si anak berkata.

“Kenapa kita kesini sih, Pak?”

“Memang kamu tidak rindu, dengan ini?” jawab sang Ayah sambil menunjukan jaring pancing yang sering digunakan anaknya semasa kecil.

Si anak malah mengabaikan tindakan sang Ayah, dan malah sibuk dengan ponselnya, sambil berkata.

“Dikota itu lebih enak Pak, lebih nyaman. Disana Bapak bisa dapat semuanya, saya bisa bawa Bapak ke Kota, Bapak bisa tinggal dengan Saya. Saya mampu memenuhi kebutuhan Bapak disana.”

Sang Ayah terdiam sambil mangangkat jaring, dan membersihkan sampah dijaring.

“Sudahlah, pak, disini itu banyak sampah, masih saja menjaring disini. Berapa sih penghasilan dari semua ini. Apalagi keadaan laut seperti ini, mana mungkin Bapak bisa mendapatkan ikan seperti dulu.”

         Sang Ayah masih tidak habis pikir dengan pemikiran anaknya yang sudah berubah semenjak meninggalkan keluarganya, ia lebih mementingkan kehidupannya yang baru. Sang Ayah kecewa dengan anaknya karena tidak mau merasakan kehidupannya yang dahulu, dimana saat kecil ia senang sekali diajak pergi memancing, menangkap ikan, bermain dengan air di laut.

            Tidak lama kemudian sang Ayah kembali menarik jaringnya, dan ia merasa jaringnya berat sekali. Awalnya ia mengira bahwa ini hanyalah tumpukan sampah, setelah berhasil menarik jaringnya ternyata terdapat seekor ikan badut diantara tumpukan sampah dijaringnya.

“Nak lihat Bapak dapat ikan!”

“Paling juga sampah lagi.” sahut si anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline