Lihat ke Halaman Asli

Aldi Perdana Prayoga

Saya seorang Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Sunda

Sekilas Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19

Diperbarui: 31 Desember 2020   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Aldi Perdana Prayoga

DPL: Dr. H. Abubakar, M.Pd

Terhitung tanggal 2 Maret 2020 merupakan konfirmasi kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Setelah itu status meningkat dan Indonesia mulai dilanda pandemi. Dampak dari pandemi ini sangat luas dan menyerang berbagai sektor, tak terkecuali sektor pendidikan.

Sektor pendidikan sejatinya harus menjadi sorotan, karena pendidikan adalah pembentuk generasi bangsa. Maka dari itu penting sekali memperhatikan dunia pendidikan agar generasi Indonesia kedepannya tetap terjaga menuju Indonesia Emas tahun 2045. Guna menanggulangi dampak ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pada mulanya mungkin tidak pernah terpikirkan akan melaksanakan hal seperti ini dalam dunia pendidikan, namun karena keadaan yang memaksa mau tidak mau kita harus melaksanakan kebijakan ini dengan baik.

Jika kita melihat surat edaran Kemendikbud No. 4 Tahun 2020, ada sebuah poin penting yang menyatakan bahwa proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) lebih menekankan ke arah bagaimana memaknai proses pendidikan atau pembelajaran. Jadi, tidak ditargetkan kurikulum atau untuk memenuhi skor dan konten-konten pembelajaran. Ini merupakan akibat dari situasi tertentu yang memaksa kita untuk menyesuaikan pada keadaan.

Pendidikan merupakan hak milik kita semua. Selama ini kita terlalu memberatkan pendidikan kepada guru dan juga sekolah, melupakan peran orang tua dan juga keluarga. Maka dari itu, ini merupakan saat yang tepat untuk keluarga dan orang tua mengambil peran dalam hal mendidik anak. Mengembalikan fungsi orang tua sebagai sekolah pertama dan utama bagi anak. Ada yang sudah terbiasa dan mungkin ada yang masih menyesuaikan, ini semua perlu waktu agar tercipta pendidikan yang sinergi.

Proses pembelajaran antara guru dan siswa itu memang tidak bisa digantikan secara total. Diadakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak akan sanggup menggantikannya, karena ini semua hanyalah sebuah metode alternatif agar pembelajaran tetap terlaksana di tengah pandemi Covid-19. Untuk penguatan karakter tentu tidak bisa dilaksanakan secara daring, melainkan perlu adanya interaksi secara langsung antara guru dengan siswa.

Guna mengevaluasi pembelajaran secara keseluruhan, kita harus menilai apakah anak diajarkan untuk berpikir kritis dan kreatif di dalam menghadapi berbagai situasi. Jika siswa sudah terbiasa berpikir seperti itu serta guru pun sudah terbiasa memodifikasi dan berkreasi dalam pembelajaran, dengan situasi semacam ini bukanlah masalah. Karena sinergi pembelajaran antara siswa dan guru sudah terbentuk sejak awal.

Kebijakan ini sebenarnya menyisakan berbagai persoalan, seperti siswa yang tidak memiliki fasilitas untuk mengikuti pembelajaran daring. Lebih buruknya, sekolah pun tidak dapat menyediakan fasilitas tersebut. Jika terjadi hal seperti ini, siapa yang salah dan apa solusinya? Tidak ada orang yang dapat disalahkan atas persoalan ini, karena jika kita menyalahkan satu sisi maka sisi yang lainnya pun sebenarnya salah. Lalu apa solusinya? Tentu solusi terbaik adalah saling membantu satu sama lain. Kita kuat dengan bersatu dan bersama.

Kurang lebih terhitung sepuluh bulan penuh kita telah menjalankan pembelajaran daring ini. Kejenuhan melanda semua pihak, tak terkecuali guru dan siswa. Wacana akan kembali diadakannya sekolah tatap muka pun disambut baik oleh seluruh pihak, terutama siswa yang sudah merindukan bangku kelasnya. Persiapanpun dilakukan guna menjaga situasi ini agar tetap terkendali dan upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 dapat terus terlaksana.

Di penghujung tahun 2020, di balik wacana sekolah tatap muka dan kehidupan new normal  tetap saja angka penyebaran Covid-19 beranjak naik. Kita kembali kebingungan dilanda kegalauan, apakah kita akan sanggup menatap tahun 2021 yang lebih baik atau malah membuat tahun 2021 tetap menjadi 2020 part 2. Ironi sekali jika kita hanya pasrah pada keadaan. Kita harus bergerak bersama membuat 2021 menjadi lebih baik dari sebelumnya dalam segala hal, terutama dalam dunia pendidikan. Sambut tahun baru dengan semangat baru, optimisme baru, guna mewujudkan Indonesia Maju.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline