Manusia sebagai mahkluk hidup tidak bisa dipungkiri sejatinya memiliki rasa perhatian dan ingin diperhatikan. Kita hidup berdampingan dengan orang lain dalam kehidupan sosial melakukan segenap aktivitas komunikasi. Ketika kita sendirian juga tentunya ada niat yang disengaja atau tidak disengaja untuk memperhatikan sesuatu. Ketika bersama orang lain juga demikian, kita memperhatikan satu sama lain dalam ucapan, tindakan dan perilaku.
Setiap manusia wajar jika membutuhkan perhatian baik itu dari keluarga, teman atau pasangan. Karena perhatian merupakan sebuah bentuk interaksi yang positif dalam sebuah hubungan. Itulah naluri manusiawi untuk ingin diperhatikan, dianggap serius, dan dicintai. Dalam suatu cara, perilaku mencari perhatian berasal dari tempat yang sebagian besar dari kita dapat pahami.
Masalahnya adalah ketika perilaku mencari perhatian didorong oleh perasaan rendah diri, rasa cemburu, kesepian, atau karena kondisi psikiatrik. Dalam kasus-kasus ini, perilaku tersebut dapat dijadikan sebuah ancaman, gangguan dan histeris.
Belakangan ini juga ditemukan beberapa orang yang sangat ingin diperhatikan dan divalidasi oleh banyak orang. Kita melihat orang-orang seperti itu baik secara langsung, melalui media sosial atau internet. Biasanya seseorang tersebut ingin diakui sebagai pusat perhatian, atau dalam arti tersiratnya adalah orang lain harus tau bahwa "aku" ini adalah orang yang berbeda dan unik.
Menjengkelkan sekali bukan? ketika kita menemukan orang yang mencari perhatian secara berlebihan. Membuat kehidupan sosial kita tidak nyaman, serta membuat diri kita disepelekan dan dipandang sebelah mata akibat orang yang haus perhatian dan validasi. Mereka ini disebut "attention seeker" atau si pencari perhatian kepada orang lain. Jika si orang ini tidak bisa memenuhi perhatiannya, mereka biasanya akan marah, kecewa, menarik diri atau bahkan tantrum.
Pengertian Attention Seeker
Menurut Kendra Kubala, Psyd. (2023) yang dilansir dari website medicalnewstoday.com, Attention Seeker adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja atau tanpa disadari, bertujuan untuk menarik perhatian orang lain dalam kehidupan mereka. Dapat dikatakan bahwa orang-orang seperti ini ingin menjadi fokus utama perhatian, mencari validasi, dan meraih kepuasan dari hal tersebut. Perilaku mencari perhatian dapat terlihat seperti bertingkah, menunjukkan emosi secara berlebihan, atau terus-menerus mencari pujian dan penegasan.
Brian Don, Girme, Hammond, M. D. pada jurnalnya yang berjudul "Low Self-Esteem Predicts Indirect Support Seeking and Its Relationship Consequences in Intimate Relationships. Personality and Social Psychology Bulletin" (2019) mengatakan bahwa perilaku mencari perhatian yang sering terjadi ini bersifat manipulatif, pasif-agresif, atau parah, dapat membuat orang menjauh, merenggangkan hubungan, atau menghancurkan mereka sama sekali. Terkadang, perilaku mencari perhatian bisa tergolong parah karena jika disebabkan oleh masalah kesehatan mental masalah atau gangguan kepribadian.
Gejala Attention Seeker
Seseorang yang mengidap perilaku pencari perhatian atau "attention seeker" dapat menunjukkan berbagai gejala yang mencerminkan keinginan mendalam untuk diperhatikan, diakui, atau mendapatkan validasi dari orang lain.
Peneliti Kaur (2021) menjelaskan bahwa tingkat harga diri yang rendah (low-esteem) seringkali dapat terlihat seperti seseorang yang merasa sedih, putus asa dan berjuang dengan depresi. Namun, terkadang rendahnya harga diri atau memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri dapat menyebabkan perilaku agresif, anti-sosial, mencari perhatian secara ekstrim.