Self Disclosure dewasa ini menjadi perbincangan yang populer dikalangan anak muda dalam kehidupan sosial baik secara tatap muka melalui diskusi atau dari konten-konten yang ada di berbagai platform media sosial.
Self Disclosure atau (Keterbukaan Diri)
Sebetulnya itu apa? Lalu apanya yang terbuka dari diri? Terus apanya yang bisa dibuka dari diri? Dan apa yang dilihat dari orang lain terhadap keterbukaan?
Menurut Ahli, Joseph A. DeVito (1987) Self Disclosure merupakan sebuah bentuk komunikasi, dimana informasi tentang diri yang disimpan atau dirahasiakan, dikomunikasikan kepada orang lain. Selanjutnya, Menurut Cozby et al, Pengungkapan diri mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi dan berbagi perasaan dan pengalaman pribadi yang intim (Cozby, 1973; Jourard, Lasakow & Lasakow, 1958)
Jadi Keterbukaan diri adalah proses untuk memberi kesempatan (terbuka) kepada pihak lain (individu lain) untuk mengetahui deskripsi diri, cara kita berpikir, mengenai perasaan kita tentang sesuatu dan tentang keinginan terhadap sesuatu. Sederhananya, kamu terbuka untuk memberi informasi tentang hidup kamu kepada orang lain.
Apakah Self Disclosure Relevan Untuk Sekarang?
Self-disclosure merupakan indikasi dari seseorang yang memiliki pola pikir dan kesehatan mental yang berbeda-beda.
- Jika kamu mampu mengungkapkan diri secara baik dan percaya diri maka terbukti kamu bisa menyesuaikan diri (adaptif), lebih percaya diri, lebih mampu bersikap positif, percaya pada orang lain, lebih open-minded dan tentunya lebih terbuka.
- Jika kamu belum mampu maka sebaliknya. Tetapi, tidak konkrit salah dan wajar-wajar aja kok. Setiap orang punya prosesnya masing-masing dalam mengungkapkan diri
Perlu diingat! Pengungkapan diri harus dipersiapkan secara matang, mari kita simak apa yang harus kita ketauhi.
Kuadran I : Open Self