Lihat ke Halaman Asli

Percepatan Rezeki

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Persembahaan bagi anda para wirausahawan  yang sedang mengalami badai ekonomi dan calon wirausahawan, bagi mereka yang masalah hidupnya tak kunjung selesai mudah-mudahan artikel ini dapat membantu teman-teman sekalian.

Bicara soal percepatan rezeki, siapa yang tidak kenal dengan Yusuf Mansur salah seorang tokoh Socio-Preneur indonesia sekaligus inspirator “Percepatan Rezeki”. Dari beliaulah saya banyak belajar soal perpecepatan rezeki dan bagaimana menemukan solusi atas segala masalah yang yang dihadapi dalam hidup ini. Saya lahir dalam keluarga yang tergolong lebih dari cukup pada saat itu, tapi ternyata Allah berkehendak lain, singkat cerita kami di berikan ujian hidup supaya kami sekeluarga menjadi lebih dekat kepada Allah SWT, keluarga kami mengalami masalah ekonomi yang cukup membuat kami sekeluarga terpukul secara mental. Keluarga kami yang terbiasa pergi kemana-mana terlindung dari terik matahari dan hujan, harus mulai merasakan hal tersebut. Hari dimana kami masih kemana-mana tertawa menikmati hidup dengan nyaman, ternyata dalam hitungan hari tidak sampai 1 tahun semuanya berubah drastis. Kami harus kemana-mana berjalan dibawah terik panas, dan bahkan tidak jarang kami harus hujan-hujanan, ataupun harus menahan pengeluaran karena tidak tahu uang kami yang tersimpan cukup sampai kapan?. Hari-hari dihadapi penuh dengan ketidakpastian dan pertanyaan “kapan semua berubah dan kembali seperti dulu?” .

Ternyata semua tidak berubah sampai kedua orang tua saya tiada. Tapi, alhamdulillah wa syukurilah saya benar-benar bersyukur kepada Allah karena rencana Allah itu ternyata selalu indah. Keluarga kami mengalami masalah ekonomi beberapa tahun sebelum kedua orang tua saya dipanggil oleh-NYA, dan saya sangat merasakan sekali bahwa saat saat tersebut adalah saat dimana keluarga saya khususnya kedua orang tua saya menjadi sangat dekat dengan Allah SWT. Bukan berarti keluarga kami sebelumnya jauh dari Allah, keluarga kami adalah keluarga yang cukup taat dengan agama tapi memang mungkin kesalahan kami adalah masih menjadikan agama sebagai sekedar ajaran agama dan kepercayaan untuk dipeluk. Padahal lebih dari pada itu, semakin kesini saya semakin mengerti bahwa islam adalah “The Way of Life” (bahasa jermannya “Cara Hidup”) bukan sekedar agama untuk dipeluk. Melalui permasalahan yang Allah berikan kepada kami saya belajar bahwa ternyata selama ini saya hanya memeluk islam dan menganut islam tanpa mengenalnya, makanya saya pernah merasakan bahwa tidak ada pengaruhnya menganut agama ataupun tidak. Tapi, semenjak saya mulai berusaha mengenal apa yang saya anut. Saya mulai menemukan hal-hal baru yang tidak pernah saya temui sebelumnya, salah satunya adalah tentang percepatan rezeki .

Dulu sebelum mengenal tentang percepatan rezeki yang saya ketehui tentang mengais rezeki adalah hanya sekedar perlu bekerja keras, bekerja dan bekerja keras saja. Yang terjadi adalah seringkali demi bekerja keras mengesampingkan ibadah karena berpikir itu akan menyita waktu kerja. Begitupun ketika mengalami masalah ekonomi dan memiliki cukup banyak hutang, cara yang saya tahu adalah bekerja lebih keras kemudian hasilnya dikumpulkan untuk membayar hutang tersebut. Waktu pun terus berjalan ternyata uang tak kunjung terkumpul dan hutangpun tak kunjung terbayar karena ternyata biaya hidup terus berjalan dan biaya yang dibutuhkan semakin besar, itulah saat-saat dimana saya merasa putus asa dan mulai untuk kembali bertanya kepada Tuhan saya apa yang sebenarnya terjadi kepada saya dan keluarga. Masalah yang kami hadapi kapasitasnya diluar kemampuan otak ini untuk menemukan jalan keluarnya, untungnya saya punya teman-teman positif yang senantiasa mengingakan saya tuk selalu yakin dan dengan tegas berkata kepada masalah yang saya hadapi “Wahai masalah, engkau memang besar. Tapi Allah kami lebih maha besar”. Keyakinan tersebut yang selalu menjadi alasan untuk bertahan menghadapi masalah apapun yang saya hadapi. Sering saya mendengar tentang kalimat “Kun Fa Yakuun”, yang artinya jika Allah menghendaki apapun pasti terjadi, meskipun saya tidak mengerti maksudnya itu apa, hanya itulah satu-satunya pernyataan yang dapat menenangkan hati saya dan saya yakini dapat membantu saya untuk dapat keluar dari masalah yang terjadi. Karena saya tahu betul bahwa jika dipikirkan dengan otak saya, sungguh tidak masuk akal untuk menyelesaikannya. Saya butuh kekuatan diluar kuasa saya, saya butuh percepatan, saya butuh campur tangan didalam menyelesaikan permaslahan saya. Allah pasti akan membantu saya, yang menjadi persoalannya adalah "Bagaimana mendatangkan pertolongan Allah". Dalam proses tersebut saya belajar, bahwa “Allah tidak pernah mengingkari janjinya”  dan saya mula mencari-cari apa saja janji Allah terhadap umatnya khususnya soal rezeki. Karena sudah tidak ada siapapun yang dapat saya andalkan, orang-orang yang berjanji untuk membantu saya hilang kabarnya entah kemana, orang-orang yang masih memiliki hutang kepada saya tak kunjung menepati janjinya untuk membayar hutangnya disaat saya membutuhkan, dan banyak hal lain. Saat itulah saya mulai berpikir “kalau manusia janji masih mungkin sekali untuk ingkar, masa’ iya Allah yang menciptakan manusia ingkar juga?”. Waktu demi waktu terus berjalan dan saya mulai belajar, bahwa ternyata mendatangkan “Kun Fa Yakuun”-NYA Allah ada wasilahnya/caranya, tidak datang begitu saja. Capek-capek kita kerja pontang-panting sana sini untuk memperbaiki hidup, tapi kita tidak memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Capek-capek kita kerja keras untuk menyelesaikan masalah kita tapi kita tidak menyelesaikan masalah kita sama Allah, Capek-capek kita kerja keras bayar hutang kalau kita belum menyelesaikan hutang kita sama Allah, hutang bersyukur, hutang berdzikir, hutang membayar zakat, hutang waktu shalat, dll. Selesaikan masalah itu semua maka insyaallah pertolongan akan datang. Isi tulisan saya seperti ini bukan berarti saya adalah orang alim yang sempurna, justru dengan tulisan ini insyaallah akan mengingatkan diri saya untuk senantiasa berada di jalanNYA dan mengajak teman-teman sekalian untuk kita sama-sama saling mengingatkan satu sama lain.

Perihal bagaimana wasilah mendatangkan “Kun Fa Yakuun”, Insyaallah seorang teman saya akan menceritakan pengalaman pribadinya bagaimana Allah menolongnya dari tagihan beringas seorang Rentenir dalam acara bakti sosial pada tanggal 17 Agustus di Panti Asuhan anak yatim dan dhuafa “Yayasan Darul Aitam Halimatus Sa’diyah”Jl. Haji Jayun Rt 03 Rw 03, pengasinan, rawalumbu, bekasi timur. Kepada teman-teman yang mau berpartisipasi dapat turut menyalurkan donasinya ke rekening mandiri atas nama Aldi Priyo  1040004124942. Atau dapat menghubungi 089602555985 / pin bb 3239B817. Terima Kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline