Lihat ke Halaman Asli

Saat Kriminalisasi Menghancurkan Mimpi-mimpi Kami

Diperbarui: 4 Februari 2016   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Hari ini, seperti kemarin, saya berangkat kerja tanpa semangat. Bagaikan robot yang sudah diprogram, semua aktivitas saya lakukan tanpa passion dan jiwa. Kami hanya akan melakukan pekerjaan rutin, tanpa gairah untuk merealisasikan proyek-proyek strategis yang pernah kami punya dulu. Sejak Agustus 2015, kantor kami, Pelindo II, tidak akan pernah sama lagi.

Ketika teman-teman dipercaya untuk menempuh studi di sejumlah kampus ternama di Belanda, Inggris, Australia, ada perasaan bangga sekaligus haru. Bangga, sebab kami dipercaya untuk menggali ilmu sebanyak mungkin demi kembali lagi membangun visi maritim Indonesia. Haru, sebab kami berkesempatan mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai bangsa maritim.

Ada sekitar 170 orang putra bangsa dikirim untuk menempuh studi S2 di luar negeri sejak 2008-2015. Salah satu yang kami pelajari adalah bahwa pelabuhan yang ideal adalah yang terintegrasi dengan industri, dan terhubung ke end user. Inilah yang belum kami jumpai di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.

Mewujudkan Visi Maritim

Biasanya jika ada anak bangsa pergi studi ke negara maju, mereka akan pikir-pikir dulu untuk kembali ke Indonesia. Namun itu tak berlaku bagi kami. Sebab kami yakin, dengan bekal ilmu yang didapat dari kampus ternama di negara maju, kami bisa membangun Indonesia, khususnya bidang maritim. Melihat bagaimana PT Pelindo II dikelola sejak 2009, kami sangat optimis, ilmu yang kami pelajari dari negara maju bisa diterapkan di sini. Manajemen PT Pelindo II sudah membaik saat itu, dengan visi futuristiknya. Tinggal bagaimana meningkatkan kualitas SDM dan mengejar ketertinggalan teknologi.

Alangkah berbuncah hati kami, saat mendengar tentang program New Priok. Kita akan membangun pelabuhan bertaraf internasional yang tidak kalah dengan Singapura, China, Korea, Hong Kong, Amerika Serikat.  New Priok, merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat efisiensi perdagangan domestik. New Priok akan menjadi gerbang Indonesia ke jalur perkapalan regional dan global. Targetnya, New Priok ada di jajaran 10 pelabuhan top dunia ketika tuntas dibangun pada 2023.

Mimpi kami, Pelindo II bisa jadi pelabuhan skala internasional, yang  bisa secara mandiri, di tangan anak bangsa sendiri. Maka saat pimpinan kami menggulirkan rencana pembangunan New Priok, yang akan kami bangun dengan tangan kami sendiri, wow, luar biasa! Dengan proyek New Priok, Pelabuhan Tanjuk Priok akan mampu disandari kapal-kapal berukuran besar hingga 20.000 TEUs. Kelak, semua arus barang bisa sampai tanpa harus singgah di Singapura. Teknologinya pun benar-benar skala internasional, dioperasikan oleh para profesional di bidangnya. Semua adalah kami, putra Indonesia!

Proyek hebat lain yang bisa membangkitkan kejayaan maritim Indonesia adalah Program Toll Laut. Dengan program ini, kami akan menghubungkan semua pelabuhan besar di Indonesia, sehingga pengiriman logistik bisa berjalan lebih lancar dan murah. Pembangunan wilayah Indonesia Bagian Timur bisa lebih cepat dilakukan. Semua visi-visi futuristik ini membuat kami sangat antusias kembali ke Indonesia, dan berbuat yang terbaik. Dan benar saja, saat kami pulang ke “kampung halaman”, kami diberdayakan sedemikian rupa. Ditempatkan di posisi yang pas dengan ilmu yang kami pelajari. Sehingga kami bisa membaktikan diri sesuai bidang kami. Sungguh sebuah penghargaan luar biasa, diberi kesempatan mewujudkan visi maritim Indonesia.

Petir di Siang Bolong…

Saya masih ingat betul apa yang membuat segalanya tidak akan pernah sama lagi. Penghujung Agustus 2015, ada kejadian mengejutkan bagai petir di siang bolong. Segerombolan polisi, bersama rombongan jurnalis, lengkap dengan kamera, menyeruak masuk ke kantor pusat kami. Mereka menggeledah, memeriksa, menyodorkan pertanyaan bertubi, di bawah todongan kamera. Sungguh, seolah-olah kantor kami adalah sarang mafia kelas kakap. Tak lama, semua kejadian itu disiarkan di layar TV, diberitakan di semua media massa.

Hari itu kami sedang bekerja dengan semangat. Tetiba saja, suasana berubah drastis. Perusahaan kami dituding terlibat sejumlah kasus korupsi, penggelapan anggaran, dan berbagai isu miring lain. Dalam hitungan jam, kondisi berubah 180 derajad. Rasanya seperti tersambar petir di siang bolong! Kantor kami diekspos habis-habisan. Diobrak-abrik bagaikan sarang kriminal. Suasana kerja yang awalnya tenang dan kondusif, mendadak porak poranda. Nama Pelindo II yang membanggakan, tiba-tiba saja jadi sorotan tak sedap. Polisi dan petugas KPK keluar masuk kantor. Belum lagi media massa, tak pernah lelah mengusik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline