Lihat ke Halaman Asli

Aldila Rafika

Saya seorang mahasiswa

Petik Laut Paciran, Tradisi Sedekah Bumi Termegah

Diperbarui: 1 Mei 2020   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai negara bahari yang besar, laut tidak bisa dipisahkan begitu saja dari negeri ini. Laut adalah sumber dari segala rezeki yang bisa dipanen kapan saja. Laut adalah gudang harta yang harus dijaga dan dihormati sampai kapan pun terutama bagi mereka yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Sebagai wujud rasa syukur dan juga hormat kepada alam, beberapa warga di Indonesia kerap melakukan tradisi sesaji kepada laut. Pada bulan-bulan tertentu nelayan atau penduduk di pesisir pantai melakukan larung sesaji ke lautan. Salah satu tradisi larung sesaji yang cukup terkenal di Indonesia adalah Petik Laut yang diadakan di Paciran, Lamongan. Petik Laut sendiri adalah sebuah upacara adat  atau ritual sebagai rasa syukur kepada Tuhan, dan untuk memohon berkah rezeki dan keselamatan yang dilakukan oleh para nelayan. Umumnya, kegiatan ini diadakan di seluruh pulau Jawa. Upacara adat adalah salah satu tradisi Masyarakat Tradisional yang masih dianggap memiliki nilai-nilai yang masih cukup relevan bagi kebutuhan masyarakat pendukunganya.

Selain sebagai usaha manusia untuk dapat berhubungan dengan arwah para leluhur, juga merupakan perwujudan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif terhadap alam atau lingkungannya dalam arti luas.Hubungan antara Alam dan manusia adalah sebuah keharusan yang tidak dapat di tolak, karena hubungan tersebut memiliki nilai-nilai sakral yang sangat tinggi, hal ini diungkapkan dalam personifikasi mistik kekuatan alam, yakni kepercayaan pada makhluk gaib, kepercayaan pada dewa pencipta, atau dengan mengkonseptualisasikan hubungan antara berbagai kelompok sosial sebagai hubungan antara binatang-binatang, burung-burung, atau kekuatan-kekuatan alam.

Tujuan utama dari Petik Laut adalah untuk bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan banyak rezeki kepada nelayan. Setiap tahun, nelayan bisa memanen banyak ikan seperti tidak ada habisnya. Sebagai wujud rasa syukur itu, warga melakukan sedekah laut dengan mengarak banyak kapal yang telah diberi hasil bumi dan beberapa sesaji lainnya.Selain bersyukur kepada Tuhan, prosesi ini juga dilakukan untuk memberikan persembahan kepada penguasa laut selatan. Tidak bisa dimungkiri lagi, bagi pelaut atau nelayan, kekuatan tidak kasat mata di laut selatan masih dipercaya dengan kuat. Selain kepada penguasa laut selatan, upacara larung sesaji ini juga dilakukan untuk menghormati leluhur yang telah mengajarkan mereka cara menangkap ikan dengan benar di lautan.

shutterstock-1077297503-1-5eabf0f0097f3617246f0642.jpg

Tradisi ini sejak dahulu sampai sekarang dilakukan ketika musim Baratan atau musim hujan. Pemilihan waktu tersebut karena merupakan waktu untuk tutup playang (tutup tahun) bagi nelayan. Dapat kita analisa bahwasanya perubahan tradisi petik laut sudah dilakukan sejak tahun 1970-an. Prosesi petik laut dilakukan dengan  pemotongan kepala kerbau atau sapi merupakan acara inti dalam tradisi pelaksanaan petik laut di zaman dahulu. Lalu kepala kerbau atau kepala sapi tersebut dipersembahkan kepada laut dengan cara diletakkan di tiang pancang. Tiang pancang sebagai simbol keluar dan masuknya kapal nelayan. Tiang itu dahulu terbuat dari batang pohon kelapa tapi sekarang sudah diganti dengan tiang dari besi agar lebih awet. Ritual pemotongan kepala kerbau dan kepala sapi dilakukan sebelum tahun 1970-an tapi pada tahun 1970 sampai sekarang telah dilakukan perubahan secara total. Selain itu, ada pula ritual perayaan kapal dengan bersama-sama mengendarai kapal menuju ke tengah laut sebagai tanda suka cita. Persembahan yang dilakukan merupakan wujud ritual untuk ucapan terima kasih kepada alam dan untuk menunjukkan kepada Tuhan bahwasannya masyarakat nelayan telah makmur. Sedangkan tradisi petik laut sampai sekarang ini dilakukan karena digunakan untuk hiburan masyarakat nelayan. Eksistensi petik laut tetap dilaksanakan karena dianggap merupakan warisan nenek moyang dan merupakan alat untuk menjaga tali silaturrahmi antar warga Paciran. Keyakinan masyarakat mengenai tradisi petik laut harus tetap dilaksanakan karena apabila tidak dilaksnakan maka akan berpengaruh pada ketenangan emosi. Apabila keperluan emosi jiwa atas suatu keyakinan tidak terlaksana maka akan menimbulkan rasa tidak tenang. Rasa tidak tenang akan memicu rasa ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi, seperti takut Tuhan mengurangi rejeki yang diberikan serta takut adanya perubahan alam sehingga menganggu keseimbangannya.

 Jadi menurut saya tradisi ini ada hubungnnya dengan Pancasila, dimana tradisi ini terdapat nilai budaya dan nilai religius.Nilai budaya yang terkandung dalam ritual Petik laut ini sangatlah besar. Warga menjunjung tinggi dan menjaga laut mereka yang memberikan rezeki tanpa batas. Dengan adanya tradisi ini, mereka akan menjaga lautan dari perusakan agar terus mendapatkan banyak limpahan rezeki. Tanpa laut, hidup mereka tidak akan berjalan dengan baik. Selain unsur budaya, unsur kekeluargaan juga terlihat dengan sangat besar pada prosesi ini. Semua warga bahu-membahu dalam menyiapkan acara. Mereka akan bersama-sama menyukseskan acara yang sangat penting bagi mereka. Tidak ada si kaya atau si miskin, semua melakukan pekerjaan bersama-sama demi kemakmuran. Adapun Nilai religius dari upacara petik laut, yaitu:

1. Memohon pada Tuhan agar para nelayan dianugerahi hasil laut yang melimpah pada tahun yang akan datang.

2. Sebagai salah satu media permohonan kepada Tuhan yang Maha Esa, agar selalu diberikan perlindungan, dijauhkan dari marabahaya dan dianugerahi keselamatan.

3. Mensyukuri rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah dilimpahkan berupa hasil penangkapan ikan yang tidak kunjung henti sepanjang musim.

4. Sebagai salah satu upaya menanamkan perasaan cinta bahari bagi masyarakat nelayan Paciran, sehingga kehidupan laut yang telah mendatangkan manfaat dapat terpelihara secara lestari.

Dengan diadakannya upacara petik laut, sekelompok masyarakat yang hidupnya mengandalkan hasil laut bersuka cita karena telah beberapa waktu masyarakat nelayan berhenti melaut. Dengan digelarnya upacara tersebut menandakan bahwa laut yang yang telah menjadi sumber kehidupannya akan kembali memberikan limpahan rizeki yang tentunya datang dari Tuhan. Karena upacara adat petik laut ini dikaitkan secara kental dengan budaya Islam, maka terdapat acara pembagian sembako bagi warga miskin di sekitar daerah tersebut. Upacara adat ini diadakan sejak zaman nenek moyang terdahulu, hanya saja pada zaman dahulu kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan animisme atau dinamisme sangat kuat, sehingga cara atau prosesi yang dilakukan memiliki banyak perbedaan dengan prosesi yang ada sekarang, yang memasukkan unsur Islam dalam kegiatan upacaranya. Upacara adat ini juga memiliki tujuan yang sebenarnya tidak begitu diprioritaskan, tujuan itu adalah adanya kerukunan dan hubungan sosial yang baik antara masyarakat nelayan di sekitar daerah Paciran . Tradisi ini harus tetap dijalankan dan dilestarikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline