Lihat ke Halaman Asli

Isyarat Friendzone yang Keras Kepala

Diperbarui: 14 Oktober 2018   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Touch me once again (www.kompasiana.com)

Siang hari di parkiran kampus yang ramai

"Aku pulangnya sama kamu ya." katanya.

Aku mengangguk dengan penuh rasa pertimbangan. Aku sedikit cemas dengan permintaan&senyummu yang datang terlihat tulus. Senyummu yang memantul dari spion motorku. Aku rasa ada yang salah denganmu. Sebelumnya, aku sengaja mencuri snack yang ada di tas kecilmu. Itu bukan sebuah isyarat.

Selama perjalanan kamu menyanyikan lagu favorit yang pernah ku dengar sebelumnya. Tak banyak yang kita bicarakan.  

"Terima kasih tumpangannya, hehe." pungkasnya.

"Iya. Sama-sama" kataku.

Dengan tenang aku mengenangmu, aku merasakan beban tubuhmu seperti masih memboncengmu, seiring dengan tambah ruwetnya pemikiranku. Barangkali kamu ingin melupakannya yang mengisi hidupmu, atau jangan-jangan sebagai pelarian semata. Entahlah, semakin ruwet.

Kau terus mengabariku, menelepon sesekali, mengajak bertemu di akhir pekan, menonton film terbaru, hingga membuat aku semakin tertarik pada senyummu yang lolos melewati pintu kaca ruangan kelasmu. Rasanya aku ingin menghabiskanmu suatu malam. Sungguh.

Di kantin, kamu menyebut tipe laki-laki yang bakal meminangmu. Berkumis tipis, kulit sawo matang, perawakan sedikit tinggi, rajin ibadah dan pintar. Tidak terlalu spesifik. Namun itu sebuah isyarat yang justru membuatku jumawa. 

Banyak asumsi saat kamu menuangkan air minum di gelas itu. Yang pertama, mungkin kamu ingin meminumnya sendiri. Kedua, kamu ingin mengambilkanku. Ketiga, kamu membiarkan gelas itu terisi air hingga meluber dan menumpahi celanamu. Lagi-lagi ini sebuah isyarat, ini bukan sembarang asumsi.

Kamu menawarkanku pergi berlibur. Ada sebuah harapan bahwa aku bisa membidikmu dari jarak dekat dengan bunga yang diselipkan ditelingamu. Aku pikir, alangkah baiknya jika kita foto bersama, agar nanti menjadi dokumen-dokumen yang akan kita tampilkan dalam sebuah pernikahan yang mewah. Ahh, aku jatuh cinta. Aku yakin dia juga, karena kita selalu bersama. Aku mbatin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline