Lihat ke Halaman Asli

AL DI

Ketik.co.id

Pasinaon Pranatacara Saha Pamedar Sabda, Ikhtiar Desa di Pacitan Lestarikan Budaya Jawa

Diperbarui: 6 September 2023   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Simulasi pranatacara pernikahan oleh Lembaga Masyarakat Sekar Pitutur. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Di tengah arus modernisasi dan perubahan zaman, Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, terus memelihara dan melestarikan adat istiadat jawa melalui 'Pasinaon Pranatacara Saha Pamedar Sabda'.

Pranatacara dan pamedhar sabda merupakan orang yang berperan penting dalam suatu acara yang diselenggarakan masyarakat Jawa.

Pranatacara masyarakat menyebutnya seseorang yang sering dihubungi dengan upacara adat Jawa seperti temanten (pernikahan), kesripahan (kematian), pepanggihan (pertemuan), pasamuan (perjamuan), pengaosan (pengajian), pentas, dan lain sebagainya.

Sedangkan, pamedhar sabda adalah orang yang bertugas medhar sabda atau menyampaikan pidato yang berisi wejangan, wewarah, gagasan atau pemikiran orang lain.

Sebagai salah satu warisan budaya yang kian punah, profesi sebagai pembawa acara ini memang memerlukan pendidikan khusus. Yang kemudian, diperuntukkan dalam setiap acara resmi maupun hiburan.

"Pranatacara itu umumnya dikenal seperti MC (Master of Ceremony) Mantenan, dan peruntukan itu di semua acara yang menggunakan bahasa jawa itu bisa, dari mulai acara pernikahan, tasyakuran, kelahiran, ritual sakral hingga memberangkatkan jenazah," kata Ketua, Lembaga Pasinaon Pranatacara Saha Pamedar Sabda Sekar Pitutur Desa Jetis Lor, Nawangan Pacitan, Hasan Rosyidi.

Pasinaon ini, merupakan upaya dalam menggali dan melestarikan adat istiadat dan budaya jawa (Nguri uri kabudayan jawi), terlebih tidak bertentangan dengan syariat ajaran agama Islam. Mencangkup aspek bahasa, makna dibalik acara, spiritual, tingkah laku dan kesenian.

Selain itu, ini juga menjadi wadah bagi masyarakat setempat untuk mendidik generasi mendatang berbudaya jawa. Termasuk penggunaan bahasa dan perilaku di dalam kehidupan sehari-hari.

"Ini juga merupakan tempat berkumpulnya bagi warga setempat, yang pengen belajar apa saja terkait kebudayaan Jawa," ucapnya.

Kendati demikian, hal ini dipicu oleh banyaknya anak muda zaman sekarang yang mulai meninggalkan adat-istiadat para pendahulu. Oleh karenanya, pendidikan ini, sebagai langkah mengantisipasi kelangkaan di masa mendatang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline