Sang Mafia merajalela dimana-mana. Era SBY menjadi presiden dibentuk Tim Satgas Mafia Hukum. Era Orde Baru, mafia ini terkendali dibawah kekuasaan. Namun setelah reformasi, para mafia ini bekerja sendiri dan makin merajalela. Kenapa? Karena mereka paham celah lemahnya penegakan hukum dengan perisai Demokrasi dan Hak Asasi Manusia yang sedang tren. Penegak hukum gamang, sang mafia beraksi.
Selama ini mafia tanah adalah salah satu yang sulit dilawan. Di masa Orde Baru ada namanya perusahaan yang khusus untuk membeli tanah sengketa. Bayangkan. Namun harga tanahnya hanya sepuluh sampai dua puluh persen dari harga pasar. Para pemiliki tanah yang tidak mempunyai uang untuk membiayai perkaranya banyak memilih menjual tanah dalam keadaan sengketa.
Dalam jual beli tanah ada aturan hukum yang baku berlaku, bahwa pemilik tanah yang menjual tanah tersebut harus membuat pernyataan bahwa tanah yang dijualnya itu tidak dalam sengketa. Jika suratnya masih girik dan belum sertifikat, maka surat pernyataan di atas meterai itu harus ditandatangani Lurah atau Kepala Desa dengan Camat, lengkap dengan stempelnya. Jika sudah bersertifikat, harus ada bukti pengecekan ke Badan Pertanahan Nasional.
Nah dengan kehadiran mafia tanah dan perusahaan khusus pembeli tanah sengketa, ketentuan itu seakan tidak berlaku. Mafia tanah itu menguasai lapangan dan hukum. Jangan anggap enteng dengan para mafia tanah ini. Jaringan mereka ada dimana-mana. Mulai dari aparat, pejabat pembuat akta tanah dan bahkan para pemilik bintang di bahupun ada yang melindungi. Sulit menghadapinya, namun itu sebuah realita.
Ketika muncul berita bahwa Ibunda dari Dino Patti Djalal, mantan Wakil Menteri Luar Negeri menjadi korban dari mafia tanah ini, pertanyaannya sederhana. Apakah Dino Patti Djalal akan berani menghadapi mafia tanah ini? Banyak pejabat enggan menghadapi mafia tanah ini, karena jaringan dan relasi mereka dikalangan pejabat juga tidak kurang. Namun sepertinya Dino Patti Djalal garang juga. Dia seakan tak ragu menghadapinya. Dia mengirimkan cuitannya kepada Gubernur DKI Jakarta dan Kapolda Metro Jaya.
"Sy mohon perhatian Gubernur@aniesbaswedan+Kapolda Metro untuk meringkus SEMUA komplotan mafia tanah yang kiprahnya semakin rugikan +resahkan rakyat. Sy juga harap masyarakat agar berani lawan mafia tanah. Para korban mafia tanah agar bersatu melawan mrk#berantasmafiatanah," tulis Dino melalui akun twitternya. (Kompas.com, 16/02/2021).
Wow. Seorang mantan pejabat berani melawan mafia tanah? Bukan hanya berani, dia bahkan mengajak para korban mafia tanah bersatu melawan mafia tanah. Inilah yang paling ditakuti mafia tanah. Jika rakyat yang menjadi korbannya bersatu melawan mafia tanah, ongkos akan semakin mahal, dan bisnis ini mungkin sulit dilaksanakan. Kalau penegak hukum, maaf, lebih mudah mereka hadapi dan jinakkan dengan menu pilihan tertentu.
Perlawanan dari mafia tanah tidak kurang. Dino Patti Djalal dilaporkan ke polisi karena pencemaran nama baik. Apa masalahnya? Dino Patti Djalal menyebut nama Freddy Kusmadi dalam cuitannya sebagai salah satu pelaku mafia tanah tersebut. Sempat ditangkap polisi, namun dalam beberapa jam dilepaskan. Dino Patti Djalal semakin kuat melawan.
Dino Patti menyambut laporan dari Terduga Mafia Tanah ini sangat berani, bukan takut. Akhirnya keluar dia dari sarangnya, dan akan berhadapan di depan penegak hukum. Kalau selama ini mafia ini seakan ada namun tak teraba, misterius, kini berhadapan secara hukum. Sang Mafia Tanah keluar sarang dan menyerang lewat jalur hukum. Ini tentu sebuah keseruan tersendiri.
Apakah Dino Patti Djalal akan mundur? Apakah Gubernur Anies Baswedan dan Kapolda Metro Jaya akan memihak Dino atau melindungi Mafia tanah? Pertanyaan ini menjadi penting. Kalau sekaliber Dino Patti Djalal yang pernah menjadi Wakil Menteri Luar Negeri saja gagal, apalagi rakyat jelata yang bukan siapa-siapa.
Tiba-tiba berita muncul. "Polisi tangkap sindikat mafia tanah yang tipu ibu Dino Patti Djalal, Total Ada 5 Tersangka," demikian judul berita Kompas.com 16 pebruari 2021.