Semangat Pagi Indonesia.
Sang Pemimpin Yang Melayani.
Sang Kakek berjalan kaki dengan Sang Cucu. Kini giliran Sang Kakek untuk bercerita sambil jalan pagi. Ceritanya tentang seorang pemimpin yang melayani. Lalu dia memulai ceritanya.
"Seorang murid bertanya kepada Sang Guru, siapakah terbesar di antara murid-muridnya. Sang Guru menjawab, siapa ingin yang terbesar, siapa yang mau melayani. Dia mengambil air dan membasuh kaki murid-muridnya. Para murid tercengang melihat gurunya membasuh kaki murid-muridnya. Sang Guru menjawab pertanyaan siapa yang terbesar diantara murid, bukan saja hanya dengan pernyataan, tetapi juga memberi contoh perbuatan. Membasuh kaki murid adalah paradoks dan bertentangan dengan logika. Seharusnya muridlah yang membasuh kaki Sang Guru, begitu ceritanya," kata Sang Kakek.
"Wah hebat sekali Sang Guru itu mau membasuh kaki murid-muridnya ya kek," kata Sang Cucu.
"Itulah contoh pemimpin yang baik dan melayani. Seringkali pemimpin merasa bahwa dia yang dilayani. Sang Guru dalam kisah tadi menunjukkan bahwa pemimpin harus rendah hati, melayani dan bahkan berbuat yang luar biasa di luar pemikiran para murid, dan dia melakukannya. Ini namanya extra ordinary," kata Sang Kakek.
"Tapi contoh Sang Guru itu sulit dilakukan kek. Para pemimpin kita kan sudah terbiasa dilayani, dibasuh kakinya dan disediakan semua yang diperlukannya, baik diperintah ataupun orang datang menyetor atau mempersembahkan yang terbaik," kata Sang Cucu.
"Itu yang tidak benar. Kalau pemimpin diberikan sesuatu oleh anak buah bisa diduga itu suap atau gravitifikasi. Itu termasuk korupsi," kata Sang Kakek.
"Contoh yang diberikan Sang Guru tadi membalikkan pikiran pemimpin itu harus dilayani ya kek?" tanya Sang Cucu.
"Ya, yang ditunjukkan Sang Guru itu adalah, pemimpin itu harus melayani, rendah hati, mau mendengar murid-muridnya dan menjawab pertanyaan murid-muridnya, memberikan contoh perbuatan yang baik, walau menurut orang seakan merendahkan diri seperti membasuh kaki murid-muridnya," kata Sang Kakek.
"Kalau semua pemimpin kita seperti itu di Indonesia ini, presiden kita tidak perlu marah-marah ke menterinya ya kek," kata Sang Cucu.