Lihat ke Halaman Asli

Aldentua S Ringo

Pembelajar Kehidupan

Video Kejengkelan dan Kemarahan Presiden Disebarluaskan, Kenapa?

Diperbarui: 30 Juni 2020   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden sedang marah besar, demikian komentar Dahlan Iskan tentang beredarnya video Kejengkelan dan kemarahan presiden. Ini hal baru. Sekretariat Presiden mengunggah video di YouTube, yang seharusnya adalah urusan intern istana presiden. Kenapa? Ada apa?

Dalam satu tulisan kami yang berjudul, Memuji Di Depan Umum, mengkritik dengan bijaksana di Kompasiana, kami menyampaikan bahwa mengkritik itu kurang baik di depan umum, alangkah eloknya di tempat tertutup. Ada kisah dan pengalaman seorang ASN di daerah juga yang bercerita bagaimana perbedaan bupatinya sekarang dengan sebelumnya. Bupati sebelumnya memanggil kepala dinas secara tertutup dan menasehati dengan baik. Bupati sekarang menegur para kepala dinas dalam apel upacara Senin pagi.

Untuk video tentang kejengkelan presaiden ini, apakah pantas untuk menyebarluaskan melalui akun Youtube? Tidak cukupkah penjelasan dari Juru bicara Presiden atau bagian pers istana? Tentu pertanyaan ini wajar kita ajukan dalam rangka memahami, kenapa video ini disebarluaskan. Dan yang menarik lagi, kenapa setelah 10 hari baru disebarluaskan?

Apakah selama 10 hari setelah acara rapat tersebut mengindikasikan tidak ada pergerakan atau perubahan signifikan dari para menteri yang dimarahi tersebut? Bebalkah menterinya sehingga harus disebarluaskan video tersebut untuk membuka masalah sebenarnya? Kenapa banyak pihak dari partai politik justru menyalahkan presiden dan menuduh presiden berkilah dan cuci tangan?

Memang menarik untuk dikaji dan dipelajari, kenapa setiap kesalahan pemerintah, upaya langsung untuk menjadikan presiden sebagai tumbal dan harus dimakzulkan? Ketika presiden marah besar seperti ini, apakah ini cuci tangan dan menjatuhkan kesalahan kepada menteri?

Peran dan jabatan menteri sebagai pemimpin departemen atau kementerian sebagai pelaksana kekuasaan pemerintah dan juga sebagai pemimpin negara, patutlah  para menteri ini dimarahi. Namun apakah dimarahi dalam rapat kabinet harus disebarluaskan kepada masyarakat? Apakah ini tidak menunjukkan kelemahan dari kabinet itu sendiri dan kepemimpinan presiden yang dipertaruhkan?

Melihat dan menonton pidato Sang Presiden berulang-ulang memberikan berbagai tafsir bagi kita masing-masing. Menahan emosi dan memilih kata-kata yang terkendali, walau dari mimik wajah presiden jelas sekali menahan emosi dan bahkan seperti mau menangis. Puncak dari emosi dan perasaan seorang presiden yang sering dihujat, disalahkan dan dituduh macam-macam seakan kita rasakan dengan kemarahan tersebut.

Melihat substansi masalah yang disampaikan, sangatlah wajar jika kejengkelan dan kemarahan presiden ini disebarluaskan. Mungkin bagi para opsisi presiden dianggap ini sebagai kelemahan kepemimpinan. Namun bagi rakyat kebanyakan, pernyataan presiden bahwa dia melakukan apapun dan mempertaruhkan reputasi politiknya demi 267 juta rakyat dan untuk negara patut diapresiasi. Juga membanggakan.

Para dokter dan tenaga kesehatan juga bangga mendengar bagaimana perintah segera menurunkan dan mencairkan anggaran untuk mereka. Perusahaan besar, UMKM dan koperasi juga patut bangga dan mengapresiasi pernyataan tersebut. Mungkin hanya sebuah konfirmasi bahwa kebijakan sudah dikeluarkan, namun anggarannya belum bisa direalisasikan karena masalah birokrasi dan prosedur di tingkat kementerian.

Apakah kebaikan penyebarluasan ini lebih banyak dari pada keburukan? Ini sangat relatif. Namun sebuah pertanyaan kritis patut diajukan dengan penyebarluasan video kejengkelan presiden ini. Apakah penyebaran video ini murni berdiri sendiri atau sebagai strategi komunikasi untuk mengalihkan isu dari kontroversi RUU HIP dan isu kebangkitan PKI oleh para kadrun?

Tentu saja pertanyaan ini tidak perlu dijawab, namun kenyataannya, video ini telah menyedot perhatian kita. Video ini bagaikan magnet yang menyedot semua isu politik dan ekonomi. Bagaikan orang kelaparan dapat nasi bungkus, lalu semua berebut nasi bungkusnya. Jika asumsi ini benar, maka pengusul dan penyebarluasan video ini patut diacungi jempol.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline