Lihat ke Halaman Asli

Aldentua S Ringo

Pembelajar Kehidupan

Sang Kakek Berlebaran ke Rumah Sang Besan

Diperbarui: 3 Juni 2020   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sang Kakek mengajak dan pergi bersama semua anak, menantunya dan cucunya ke rumah besannya, mertua dari anaknya. Ini sudah menjadi acara dan agenda tahunan bagi mereka. Bersilaturahmi. Mereka membawa makanan dan kue yang lengkap dengan buahnya.

Sang besan menyambutnya dengan gembira sebagaimana setiap tahunnya. Mereka makan dan minum lalu bercengkerama dalam suasana kekeluargaan yang baik. Tanpa merasa berbeda, padahal mereka berbeda suku dan agama. Besannya adalah suku Jawa dan isterinya Palembang. Tamunya orang Medan.

   "Kami sekeluarga datang berlebaran untuk menyampaikan mohon maaf lahir dan batin," kata kakek memulai acara ramah tamahnya. "Kami minta waktu biar satu persatu bicara mulai dari cucu dan anak kita untuk," sambung Sang Kakek.

   "Silahkan," kata Sang Besan.

Satu persatu mulai dari cucu, menantu dan anak mengucapkan selamat lebaran kepada mertua, ayah , kakek dan nenek mereka sesuai posisi masing-masing.

   "Kami sudah menyampaikan Selamat Hari Raya Idul Fitri satu persatu, mohonlah berkenan memaafkan segala kesalahan dan kekurangan kami terhadap besan di waktu yang lalu. Semoga tahun ini kita mendapat berkat dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kalaupun kami hanya datang tidak membawa apa-apa, sekedar  makanan ala kadarnya, mohonlah dimengerti  dan diterima apa adanya," kata kakek mengakhiri ucapan lebarannya.

   "Kami sangat berterima kasih atas kunjungannya ini. Setiap lebaran tiba, acara kunjungan kalian sekeluarga ini menjadi sesuatu yang sangat kami nantikan. Selalu istimewa. Bagaimana Kakek membawa seluruh keluarga lengkap dengan anaknya yang kakak beradik berlebaran ke sini. Kita berbeda agama dan suku, tapi  kita saudara yang sangat dekat tanpa perbedaan," kata Sang Besan.

   "Kewajiban kami untuk selalu menghormati keluarga dari isteri atau menantu perempuan pak, dalam adat kita disebut hulahula," kata kakek.

   "Itulah yang saya kagumi dari keluarga kakek. Puteri saya ada tiga. Dua lagi kawin dengan keluarga yang satu suku dan seiman. Berlebaran yang datang hanya puteri, menantu dan cucu. Kalau kalian semua satu keluarga besar datang. Bukan hanya puteri, menantu dan cucuku saja, tapi semua keturunan kakek, anaknya bersaudara yang ada di sini," kata sang besan.

   "Dalam pemahaman adat kita pak, perkawinan itu bukan perkawinan antara dua orang saja, tetapi perkawinan dua keluarga dan dua marga. Kita menjadi keluarga besar. Kedatangan kami berlebaran ini ingin menunjukkan hal tersebut. Bahwa perkawinan dua keluarga besar itu harus terlihat dari hubungan keluarga kita yang baik dalam kehidupan nyata sehari-hari. Makanya yang datang ke sini kami sebagai keluarga besar, bukan hanya puteri, menantu dan cucu besan sendirian," kata kakek menjelaskan.

   "Itu juga yang selalu saya nasehatkan ke anak, puteri dan menantu yang lain. Saya mencontohkan keluarga kalian yang selalu datang bersilaturahmi setiap lebaran. Jauh-jauh datang dari kampung hanya untuk berlebaran ke rumah kami. Ini sebuah penghormatan besar kepada keluarga kami. Makanya saya minta mereka semua ikut datang menyambut kehadiran keluarga kakek ini,"  kata Sang Besan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline