Lihat ke Halaman Asli

Aldentua S Ringo

Pembelajar Kehidupan

Relevansi Kearifan Lokal "Marsiadapari" di Era Pandemi

Diperbarui: 1 Juni 2020   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Marsiadapari, sebuah kata yang sangat bermakna dalam bahasa Batak Toba. Menurut Kamus Batak Toba-Indonesia yang ditulis Drs.Richard Sinaga sebagai berikut:

siadapari = di beberapa tempat siadopari.

marsiadapari = bekerja secara bersama dan bergiliran; bergotong royong.

Marsiadapari itu sebuah kerjasama antar petani untuk melakukan tugas bersama dan bergiliran seperti mencangkol di awal mulai menggarap sawah, setelah selesai masa istirahat habis panen, yang disebut mangombak balik atatu mencangkul untuk membalikkan tanah. Artinya tanah yang dibawah menjadi di atas. Demikian pengertian sederhananya.

Bisa juga marsiadapari dilakukan pada waktu menanam padi atau jika sedang panen. Ini memang terjadi sebagai bentuk kerja sama dan saling mendukung.

Istilah siadapari sebetulnya diambil dari istilah adat Batak Toba. Ada pepatah mengatakan sisoli-soli do uhum, siadapari gogo. Artinya kira-kira ini adalah hukum memberi dan menerima. 

Dalam bahasa kerennya, take and give. Apa yang ditanam, itulah yang dituai. Tanam-tuai. Kalau seseorang melaksanakan acara adat hendaklah kita hadiri sesuai dengan peran kita agar kalau kita yang melaksanakan acara serupa akan dihadiri orang pula.

Nah istilah dan nilai dari adat tersebut diadaptasi dan diaplikasikan dalam dunia kerja masyarakat adat itu, yaitu petani. Jadi marsiadapari itu dilakukan secara bersama-sama dan bergiliran. 

Misalnya peserta marsiadapari yang sepakat untuk bekerja sama sejumlah sepuluh orang. Maka hari pertama di sawah si A. Mereka bekerja bersama-sama. Besok di ladang Si B. Selanjutnya seperti itu sampai selesai giliran dari sepuluh orang yang sepakat dan ikut marsiadapari.

Menurut hasil penelitian Salli Sipahutar yang dihasilkan menjadi skripsi berjudul "Kearifan Lokal Marsiadapari Dalam Aktivitas Etnik Batak Toba Di Desa Gempolan Siku Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Seibamban", (Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2017)  menyampaikan hasil penelitiannya sebagai berikut "

  • Marsiadapari adalah pemberian tenaga kerja atau jasa yang tidak memberikan upah.
  • Marsiadapari membuat masyarakat Desa Gempolan Siku meningkatkan solidaritas yang tinggi salah satunya saling membantu dalam hal seperti penanaman padi.
  • Kegiatan marsiadapari dalam penanaman padi dalam masyarakat tidak lupa membawa peralatan-peralatan dalam penanaman padi. Setiap peserta lengkap dengan peralatan masing-masing. Tidak membebani tuan rumah.
  • Menurut informan yang diwawancarai penulis kegiatan yang dilakukan dalam kearifan lokal marsiadapari sangat membantu menghemat uang  dan mempercepat pekerjaan yang dilakukan pada saat menanam padi.

Apa yang disampaikan diatas bahwa marsiadapari yang diadaptasi dan diaplikasikan ke dalam metode kerja petani. Menjadi sebuah kearifan lokal yang terpelihara dalam masyarakat yang bertani. Dan dampak lebih luas adalah terbangunnya solidaritas dan soliditas masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline