Lihat ke Halaman Asli

Geralda ManuelaHorta

Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional

Perkembangan Ekspor di Rusia Selama Masa Perang Rusia-Ukraina

Diperbarui: 8 Oktober 2022   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rusia atau biasa disebut juga sebagai Federasi Rusia merupakan sebuah negara berdaulat yang terbentang cukup luas dari Asia Utara hingga Eropa Timur, Salah satu hal menarik yang dimiliki Rusia yakni pembagian zona waktu yang mencapai 11 bagian. Rusia termasuk sebagai negara terluas di dunia, bahkan luas wilayahnya mencakup seperdelapan dari luas daratan Bumi. Luas negara ini mencapai 17.125.200 km persegi dengan jumlah penduduknya berada di peringkat ke-9 terbanyak di dunia.

Wilayahnya yang luas dan iklim yang variatif, membuat rusia memiliki berbagai macam sumber daya alam. Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah membuat Rusia mendapat julukan sebagai energy superpower, Rusia memiliki cadangan gas alam, minyak bumi dan batu bara terbesar di dunia. Sehingga bukan menjadi hal baru jika Rusia menjadi negara produsen dan pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia. Berdasarkan data dari Worldstopexports.com, komoditas ekspor utama Rusia di antaranya ialah minyak mentah, minyak olahan, batubara, emas, dan barang-barang yang terbuat dari besi setengah jadi atau baja yang bukan campuran. 

Secara agregat, komoditas utama tersebut menyumbang 45,6 persen keseluruhan penjualan ekspor dari Rusia. Menurut data tahun 2016 milik Pusat Ekspor Rusia (REC), hidrokarbon berperan penting dalam aktivitas ekspor Rusia. Produk bahan bakar dan energi (minyak, gas, serta produk olahannya) berjumlah 62 persen dari total ekspor Rusia, jauh lebih banyak dari yang lain. Pada 2016, Rusia menghasilkan 176 miliar dolar AS dari penjualan hidrokarbon, sementara total pendapatan ekspornya berjumlah 285 miliar dolar AS.

 Selain gas alam, minyak bumi dan batu bara, Negara Rusia juga terkenal sebagai produsen listrik terbesar ke-3 dan produsen energi terbarukan terbesar ke-5 di dunia. Negara ini memanfaatkan sumber daya alamnya berupa air untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga air dalam skala besar. Tidak hanya itu saja, Rusia juga menjadi negara pertama yang membangun pembangkit nuklir dan saat ini negara ini berada di peringkat ke-4 sebagai produsen energi nuklir. Seluruh tenaga nuklir di Rusia dikelola oleh sebuah perusahaan bernama Rosatom State Corporation. Selain minyak dan gas, Rusia paling banyak mengekspor logam dan produk logamnya, yang berjumlah 10 persen dari total ekspor. Logam yang paling laris dijual adalah aluminium dan paduannya. Menurut statistik dari REC, ini berjumlah 4,6 persen dari total penjualan produk non-bahan bakar Rusia tahun lalu. Rusia juga mengekspor produk setengah jadi yaitu baja non-paduan, lembaran logam, tembaga, dan nikel.

Rusia juga mengekspor barang jadi terutama permesinan dan perlengkapan: pada 2016, dua hal ini berjumlah 7,3 persen dari total ekspor. Barang yang paling laris adalah mesin, diikuti reaktor nuklir dan mobil. Untuk mobil, tidak hanya yang dibuat oleh produsen asal Rusia AvtoVAZ, tapi juga mobil yang dibuat di Rusia berdasarkan lisensi, seperti Volkswagen dan Renault. Pada 100 hari pertama perang Rusia dan Ukraina, Rusia dipercaya telah memperoleh sekitar US$100 miliar (Rp1,4 kuadriliun) dari ekspor minyak dan gas.

Kini, sanksi-sanksi yang akan menargetkan ekspor negara itu telah diumumkan. Uni Eropa (UE) telah menyatakan bahwa larangan impor seluruh impor minyak dari laut Rusia akan ditetapkan pada akhir tahun ini. Organisasi Uni Eropa juga berencana menghentikan impor batu bara Rusia pada bulan Agustus. UE juga telah melaporkan bahwa pengurangan impor gas sekitar dua pertiga akan diterapkan dalam setahun pada bulan Maret lalu. Meski begitu, Uni Eropa dipercaya tidak akan menjatuhkan sanksi sepenuhunya pada gas Rusia, karena bergantung untuk sekitar 40% kebutuhan gas. Sementara itu, AS telah melarang seluruh impor minyak dan gas dari Rusia. Negara Eropa, Jerman telah mengumumkan pembekuan terhadap rencana pembukaan pipa gas utama dari Rusia.

Amerika Serikat bersama dengan negara sekutunya Eropa memberikan sanksi ekonomi yang berat kepada Rusia merespons serangan terhadap Ukraina. Gedung Putih dalam pernyataan resminya menjelaskan, hukuman terhadap Rusia mencakup sanksi keuangan menyeluruh dan kontrol ekspor yang ketat. Sanksi pembatasan ekspor yang saat Ini dikenakan terhadap Rusia juga belum pernah terjadi sebelumnya. Pembatasan ini akan memangkas lebih dari setengah impor teknologi tinggi Rusia, membatasi akses Rusia ke input teknologi vital, melemahkan basis industrinya, dan melemahkan ambisi strategis Rusia untuk memberikan pengaruh di panggung dunia. 

Namun akibat konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina, Rusia memperoleh sanksi berupa pemblokiran bank Rusia dari sistem Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT). Pemblokiran ini tentu saja berimbas menghambat laju ekspor Rusia ke negara lain. Terhambatnya roda perekonomian dalam hal laju ekspor dari Rusia ke negara-negara lain dapat menimbulkan gangguan rantai pasokan secara global. Alasannya, Rusia memiliki kontribusi penting terhadap pasar ekspor dunia.

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline