Ternyata mahasiswa swasta itu hampir 90%nya berbakat menjadi Pengusaha bahkan sebelum lulus mereka menjadi pengusaha
Gembar gembor menjadi pengusaha semakin ngetrend di dunia kampus dan di dunia nyata. Bangsa ini kekurangan pengusaha dan bahkan rata-rata anak yang lahir di bumi pertiwi ini dari kecil didik dan melihat kenyataan bahwa PNS lah cita-cita yang mulia dan aman sampai ujung nafas terakhir. Dan wajar kita begitu karena kebisaan bangsa ini yang dijajah kelamaan yaitu 350 abad, atau jangan-jangan negara dan bangsa kita sebenarnya waktu itu tidak dijajah cuman enak aja jadi pegawainya penjajah ?
90 % mahasiswa swasta di kotaku adalah berbakat jadi pengusaha, dan ini adalah kabar yang sangat fantastais. Tapi sayang 90% mahasiswa ini sendiri tidak sadar kalau mereka mempunyai bakat dan pengalaman menjadi seorang enterpeuner atau pengusaha. Mereka melakukannya karena kepepet dan meski mereka belum sempet membaca apalagi memfotokopi buku the power of kepepetnya Jaya Setiabudi tapi mereka sudah mempraktekkannya dengan sukses buku itu.
Aku sendiri baru sadar ketika sedang main bersama teman lamaku di rumah temennya temenku, dan supaya tidak terjadi fitnah aku malah diajak ma temenku main kerumah itu, dan kebetulan waktu itu ada project pembuatan film action lokal, dan singkat cerita aku dan temanku asik ngobrol tiba-tiba temanku yang seorang dosen multimedia di beberapa kampus di kotaku berkata yang membuatku pening, kata dia mahasiswa sekarang parah, skripsi atau tugas akhir mereka hampir semuanya dibuatain oknum dosen tertentu dan ini dialami oleh adiknya sendiri yang mau tidak mau mesti membuat skripsinya dibuatin oleh oknum dosesn tertentu. Dan ternyata fenomena mahasiswa bisa membayar dan menipu ortunya bukan lagi jadi masalah klasik tapi semakin populer dan ngetrend .
Temanku yang jadi dosen terus saja bercerita mau dibawa kemana bangsa ini jika para mahasiswa cuman hanya beberapa gelintir yang membuat skripsinya sendiri. Dan kalau anak komputer programnya dibikinin. Aku cuman diam sambil menikmati es jeruk dan memandang yang bikin es jeruknya muka dan bodynya mirip kaya bintang felm Hollywood dalam film Transformer:Dark of Moon, sekilas mirip Rosie Huntington-Whiteley .
Ntar dulu ada temen yang curhat ya....
[caption id="attachment_368148" align="aligncenter" width="300" caption="Rosie Huntington-Whiteley"][/caption]
Aduuuh sampai mana tadi saya ngetik? Oh iya temenku masih saja ngomong bahas tentang dilema dunia pendidikan di depan wanita seksi dan cantik ini. Aku cuman senyum-senyum saja. Tapi entahlah tiba-tiba reflek aku berkata. Ah justru bagus anak-anak muda itu dibikinin tugas akhirnya, wong pemerintah dan pengusaha serta perusahaan dan pabrik-pabrik tiap tahun cuman berapa ratus atau berap biji yang baru? Sedangkan satu kampus saja dah ngeluarin berapa ratus lulusan itu baru satu sekolah tinggi belum yang lain. Juga apakah benar passion mahasiswa ini belajar menimba ilmu sesuai passion jangan-jangan cuman karena ingin dilihat keren dan alasan konyol lain mereka masuk kampus, ya jadinya kebanyakan gaya keasikan mainan dan pacaran dan ujung-ujungnya baca buku cuman waktu ada quis atau ada ujian. Ya makanya konyol dan pasti membuat tugas akhir jelas bingung dan tidak bisa apa yang mau ditulis wong baca buku saja paling cuman fotokopian atau hasil nyatet yang tidak banyak itu juga untung kalau nyatet pelajaran.
Ya makanya mereka pantes kepepet dan akhirnya minimal minta bantuan temannya yang lebih rajin belajar dan tekun untuk membikinannya. Dan begitu juga dengan kelas karyawan yang dah jelas dah kelenger dengan kerjaan kantornya eh malah sok hebat karena pengen ikhtiar lebih baik kuliah lagi tapi sayang belajarnya kurang ya ujung-ujungnya juga sama dibuatin.
Ya bagus juga sebenarnya mahasiswa yang dibuatin itu karena dia bisa memberikan penghasilan kepada mahasiswa yang membuatkannya juga bisa menambah kesejahteraan buat dosennya yang membuatnya. Dosennya juga seneng karena telah membantu mahasiswanya lulus, dan mahasiswanya juga puas karena sudah lulus dan dapat gelar akademik. Dan pasangan dan ortu pun senang anaknya sudah menjadi intelektual. Tapi sayang anaknya seperti monyet yang memakai mahkota bingung karena cuman dapet gelar tapi ilmu tentang bidang tersebut tidak punya.
Tapi jika dimaknai lebih mendalam biasanya anak seperti ini jika benar-benar mampu terus berusaha tidak menutup kemungkinan dia juga akan sukses. Tapi itulah kita generasi inteltual harusnya membantu memecahakan masalah yang ada dilingkungannya sayangnya malah dirinya menjadi masalah buat lingkungannya.