Lihat ke Halaman Asli

Mustafa Kamal

TERVERIFIKASI

Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Piala untuk Ayah

Diperbarui: 7 November 2023   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber. Ilustrasi Marching Band svg eps 

Gadis itu sudah lama terkurung dalam rumah. Dia ingin seperti teman-temannya. Bebas ke luar rumah, main kemana mereka ingin. Orangtua mereka bebas-bebas saja tidak banyak larangan, tidak seperti ayah ibunya yang sangat ketat mengekangnya. 

Padahal prestasi yang mereka inginkan selalu ditepati, rangking satu dikelas selalu diraihnya. Tapi izin untuk ikut ekstrakurikuler tak jua didapatnya, yang boleh hanya kursus Bahasa inggris, bahasa mandarin, uh belajar terus. Capek banget. 

Sekarang dia ingin sekali ikut Marching Band. Dia selalu tersenyum membayangkan dirinya ada diantara puluhan pemain Marching Band ditonton banyak orang, beraksi memainkan musik. Keren. Sebab masa itu adanya hanya saat sekolah, kalo udah kuliah tidak ada lagi. 

Akhirnya dia beranikan ikut seleksi Marching Band diam-diam. Dia pun terpilih menjadi pemain Lira.  Akhirnya dengan janji prestasi sekolahnya tidak turun boleh ikut Marching Band, kalo turun maka tak boleh lagi ikut. Berat. Tapi dia ingin coba. 

Nama gadis itu Shella. Gadis manis anak sulung tumpuan harapan ayah ibunya. Shella punya adik empat. Dia pernah protes sama ayah ibunya, kok bikin adik banyak kali. 

Dia kan cuma minta satu, eh malah dikasih empat. Ayah ibunya hanya ketawa saja. Ayahnya ingin Shella sukses sehingga bisa bantu sekolahkan adiknya tinggi-tinggi, bisa bantu keluarga. 

Menjadi contoh adik-adiknya. Jangan sampai Shella terlena dimasa mudannya, seperti anak-anak lain yang sudah hamil sebelum tamat sekolah. itulah yang mereka khawatirkan, takut shella masuk ke pergaulan tidak betul yang akan menghancurkan masa depannya. Bikin malu keluarga. 

Shella ngerti dan selalu jaga diri. Tapi, dia kan juga berhak menikmati masa remajanya yang hanya sebentar. Protesnya. Kini, lampu hijau sudah Shella dapatkan. Saatnya beraksi!

Hari pertama latihan Shella sangat canggung. Berkenalan dengan banyak orang. Tapi, pelan dia bisa beradaptasi. Apalagi pelatihnya kak Rangga galak namun gokil bikin suasana latihan jadi seru. Kak Rangga sangat perhatian padanya ketika tahu rumah mereka satu komplek. Terasa punya abang deh...bisik hati Shella. 

Suatu hari ketika saat jeda latihan, Kak Rangga menghampirinya. "Shella, ikut bareng pulang ya...motor kak rangga dipake Tomo, belum balik tuh anak..di WA eh suruh numpang orang baliknya" 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline