Tak berhenti-berhenti sepertinya kita disuguhi peristiwa yang memilukan. Terbaru, mulai dari pembunuhan satu keluarga di Sumut, Peristiwa peyanderaan di angkot terhadap ibu muda dan bayinya, hingga berita penyiraman air keras ke wajah penyelidik KPK Novel Bawesdan seusai menunaikan sholat Subuh di mesjid dekat rumahnya. Belum lagi video kampanye sarat provokasi dari paslon incumbent di Pilkada ibu kota negara DKI Jakarta.
Semua itu membuat kita rakyat kebanyakan ini mengelus dada, sembari bertanya "apatah tak ada sehari saja di negeri ini ada damai? " Entahlah. Kejahatan sebenarnya adalah keniscayaan. Tidak ada diantara kita bisa menolaknya. Dia akan terus ada. Kita hanya bisa berdoa memohon perlindungan atau dijauhkan dari "kejahatan" tersebut. Sembari selalu waspada dan berhati-hati.
Jika bertemu pilihan kita hanya satu, Lawan! Sebab, jika menyerah atau bersekutu kepada kejahatan, akhirnya tetap saja kita tidak akan selamat,tetap saja akan jadi korban, karena kejahatan tidak mengenal persaudaraan atau persahabatan . Berbeda kalau melawan ada dua kemungkinan selamat atau jadi korban. Mau pilih yang mana?
Kejahatan yang musti kita lebih waspadai adalah kejahatan yang berkedok kebaikan. Kejahatan seperti ini bersumbunyi dibalik topeng persahabatan, pencitraan, ketaatan, pamer kerja, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Peristiwa pembunuhan sadis di Medan misalnya, tersangkanya adalah kerabat terdekatnya. Orang yang sama sekali tidak disangka-sangka. Tersangka bahkan dimasyarakat dikenal baik, rajin beribadah kemesjid bahkan aktif menggerakan remaja mesjid. Punya keluarga dan pekerjaan. Andai korban masih hidup, pasti kesaksiannya tidak menyangka sama sekali bahwa ada niat jahat saudaranya kepada dirinya. .
Begitu juga kasus terakhir, Novel Bawesdan. Mantan Polisi yang sudah mentasbihkan dirinya untuk menjadi pedang bagi pemberantasan korupsi,yang tidak mengenal takut, pemberani, dan mengikhlaskan sisa umurnya untuk berbakti kepada bangsa dan negara pasti tidak pernah menduga kejahatan akan menghampirinya sesusai beribadah Sholat Subuh di mesjid. Orang-orang baik seperti Novel ini adalah orang yang selalu berpikiran positif. Walau banyak musuh dia yakin seyakinnya selagi di jalan yang benar Allah SWT pasti melindunginya, semua terbukti dari beberapa kali percobaan pembunuhan dia selalu selamat, dan hal ini membuat dia tambah semangat untuk memberantas koruptor.
Pertanyaannya, apakah ini akan kita biarkan terus terjadi?
Masyarakat kita ini sedang sakit. Antar keluarga kini dengan gampang main bunuh. Penjahat jalanan merajalela, penjahat berdasi dengan gampang main sikat orang-orang yang tidak memihak padanya dan tidak tersentuh hukum, orang-orang gampang ditipu dengan topeng kebaikan semu oleh politikus-politikus busuk, hasut, fitnah, dan sebagainya terus menghujani bumi ibu pertiwi. Bila, ini terus terjadi negeri ini berada di ambang kehancuran.
Sejarah sudah mengingatkan misalnya bagaimana Kebesaran Islam dimasa lalu pada akhirnya runtuh, karena antar sesama tidak mau bersatu. Gampang diprovokasi, seperti peristiwa Pembunuhan Khalifah Umar Bin Khattab yang ditikam oleh jamaah sholat subuh yang beliau pimpin, bernama Abu Lukluk. Umar tidak menyangka sebab Abu Lukluk dilihat Umar adalah orang yang taat. Ternyata ketaatan tidak cukup menghilangkan dendamnya. Dendam karena umar menaklukkan negerinya Persia. Atau peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman oleh orang-orang yang kena hasutan bahwa Usman melakukan nepotisme, akhirnya dirumahnya sendiri beliau dibunuh saat mengaji. Atau kisah Khalifah Ali yang dibunuh saat menuju mesjid untuk menunaikan sholat Subuh oleh Ibnu Nujam seorang Qori dan Ahli Ibadah yang terkena hasutan kaumnya dan istrinya.
Kisah itu mengingatkan kepada kita orang yang nampak melakukan kebaikan saja bisa jadi pembunuh. Apalagi mereka yang tidak ada kebaikan pada dirinya. Karenanya salah satu cara untuk membentengi negeri kita agar tidak jadi korban kejahatani adalah jangan terlalu percaya kepada kebaikan-kebaikan yang sengaja dipertontonkan kepada kita. Kita harus kritis. Tanya nurani.
Jangan ikut-ikutan jadi bagian dari masyarakat yang sakit. Kita harus jadi pembela negeri ini. Rapatkan barisan kita disisi Novel Bawesdan, desak Polri untuk usut kasusnya sampai ke orang yang menjadi otak upaya pembunuhan terhadap Nove Bawesdanl. Kita yang diamanahkan menjadi anggota Polri/TNI amankan negeri ini seaman-amannya, jangan kompromi dengan pelaku kejahatan. Tindak mereka. Siapapun itu!
Provokasi melalui video oleh paslon incumbent di Pilkada DKI Jakarta, peristiwa-peristiwa pembunuhan sadis, upaya pembunuhan terhadap Novel Bawesdan dan kejahatan lainnya ibarat peringatan dini Tsunami bagi negeri kita...Waspadalah, Tanya nurani, jangan sampai ketika kita hancur baru kita tersadar .....