Ada suatu tradisi dalam adat Minangkabau yang paling dirindukan oleh orang-orang Minang di perantauan. Tradisi itu adalah makan bajamba. Makan bajamba adalah tradisi makan bersama-sama dalam suatu tempat atau ruangan dengan duduk berkelompok-kelompok membentuk lingkaran, perkelompok terdiri dari 3 hingga 7 orang yang duduk bersila bagi laki-laki atau bersimpuh bagi perempuan. Dalam setiap kelompok disediakan satu dulang , yang dalam dulang itu ada semangkok nasi dan lauk-pauk dalam piring-piring.
Ketika akan makan bersama, dulang itu kemudian diisi nasi dan lauk-pauk. Peraturan makan bajamba ini antara lain :
- seseorang hanya boleh mengambil apa yang ada di hadapannya setelah mendahulukan orang yang lebih tua mengambilnya.
- Ketika makan, nasi diambil sesuap saja dengan tangan kanan
- Setelah ditambah sedikit lauk pauk, nasi dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat
- Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari kemungkinan tercecernya nasi. Jika ada nasi yang tercecer di tangan kiri, harus dipindahkan ke tangan kanan lalu dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama. Tujuan makan dengan cara tersebut agar nasi yang hendak masuk ke mulut bila tercecer tidak jatuh ke piring sehingga yang lain tidak merasa jijik untuk memakan nasi yang ada dalam piring secara bersama-sama.
- posisi duduk harus tegap atau tidak membungkuk dengan cara bersimpuh (basimpuah) bagi perempuan dan bersila (baselo) bagi laki-laki
- setelah selesai, tidak ada lagi nasi yang tersisa di piring, dan makanan yang disediakan wajib dihabiskan
Setiap orang Minang diwajibkan untuk pandai makan berjamba ini kalau tidak ingin dikatakan tidak beradat. Walau banyak aturan dalam makan bajamba ini namun tidak menyurutkan orang-orang Minangkabau untuk menghentikan kebiasaan ini. Bahkan orang-orang Minang selalu merindukan makan bersama -sama seperti ini walau sudah jauh merantau jauh dari kampung halaman.
Karenanya jika ada halal bihalal atau pertemuan perkumpulan orang Minang dimanapun berada apakah itu perkumpulan sepersukuan, atau perkumpulan satu kampung asal, atau perkumpulan seprofesi dan sebagainya, tradisi makan bersama ini selalu dijadikan agenda dalam rangkaian acaranya. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Pekanbaru, Riau.
Perkumpulan orang Minang dari Nagari Salo, Kecamatan Baso, Kab Agam Sumatera Barat yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Salo (IKS) Pekanbaru dan sekitarnya mengadakan halal bihalal di Rumbai, dalam acara halal bihalal itu selalu dilaksanakan makan bajamba. Mereka yang sudah lama tidak berjumpa akan saling menanyakan kabar, membagi cerita dan tawa.
Mereka yang tidak saling kenal mengenal karena sudah lama tidak pulang kampung tentu tidak tahu mana ponakan, mana saudara maka akan saling kenal. Intinya makan bajamba akan memperkuat hubungan persaudaraan, Ikatan emosi dan komunikasi antar sesama orang Minang baik satu kampung ataupun sepersukuan. Bahkan kadang tidak jarang pembicaraan bisnis atau sosial pun sering muncul dalam makan berjamba tersebut.
Berikut foto-foto nya:
Semoga tradisi Makan Bajamba ini terus dilestarikan oleh keturunan Minangkabau dimanapun berada. Jangan sampai punah dan tinggal kenangan semata. Tradisi ini harus diperkenalkan ke anak cucu kita walau kita dan mereka tidak tinggal di kampung halaman di Sumatera Barat. Sebab banyak manfaat yang didapat dalam tradisi ini.
Sudahkah anda makan berjamba setahun ini? Jika belum, setidaknya ajaklah keluarga kecil anda dirumah makan berjamba ini. Cobalah, pasti seru dan menyenangkan!
Salam sanak sakampuang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H