Lihat ke Halaman Asli

Mustafa Kamal

TERVERIFIKASI

Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Keunikan Malam Nisfu Syaaban di Kijang

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1372007098886309525

[caption id="attachment_270046" align="aligncenter" width="576" caption="Ilustrasi/Admin (Ajie Nugroho)"][/caption] Seingat penulis sepertinya sudah sangat lama sekali tidak  mengikuti kegiatan ibadah malam nisfu syaban. Entah  Kesibukan atau kondisi  lingkungan atau yang pasti adalah kelalaian  yang menjadi faktor utama kenapa penulis merasa sudah lama tidak menikmati malam nisfu syaban ini. Tidak seperti tahun-tahun yang lalu,  hari ini kebetulan kami semua keluarga berkumpul dirumah  mertua di Kijang untuk mengikuti kegiatan malam Nisfu Syaban di kampung ini. Di kampung mertua ini rata-rata warga nya adalah keturunan Jawa. Sebab disini dulu adalah bekas pertambangan PT. Antam yang banyak memperkejakan orang jawa. Di kampung ini menurut mbah  sejak kampung ini dibuka tahun 50-an dahulu banyak sekali tradisi-tradisi dari Jawa yang dihidupkan turun temurun,  Salah satunya adalah menghidupkan malam Nisfu Syaban. Di malam ini para warga akan berkumpul di mesjid atau mushalla dengan membawa tiga kantong plastik yang berisi dua kantong nasi berkat lengkap dengan lauk pauknya dan satu kantong lagi berisi air.  Nasi berkat dan lauk pauknya itu sudah disiapkan warga sejak sore ada yang bakar ikan, ayam dan lain sebagainya. Sehabis Sholat Magrib berjamaah dimesjid/mushalla acarapun dimulai. Warga meletakkan air yang dibawanya ditengah-tengah jamaah, lalu  diawali permohonan maap dari imam dan pengurus mesjid, kemudian membaca Surah Yasin sebanyak tiga kali. Sesuai arahan Imam, pada saat akan membaca Surah yasin pertama memohon doa  agar panjang umur untuk beribadah kepada Allah, pada saat membaca surah Yasin kedua memohon doa dibanyakkan rezki untuk beribadah kepada Allah dan pada saat ketiga kali memohon doa agar ditetapkan Iman dalam Islam. Setelah selesai membaca surah Yasin tiga kali tersebut, lalu imam akan membacakan doa Nisfu Syaban. Setelah itu  Jamaah mengambil kembali air dalam botol yang dikumpulkan tadi. kemudian dilanjutkan dengan Sholat Isya berjamaah dan diakhiri saling bermaaf-maafan antar Jamaah. Setelah selesai nasi berkat tadi dibagikan kepada semua jamaah. Ada jamaah yang makan nasi berkat itu dimesjid ada juga yang membawa pulang. penulis  sendiri waktu itu karena tidak tahu selesai sholat Isya langsung saja pulang. Kemudian hampir sampai dirumah  dari Toa mesjid diumumkan jamaah yang belum dapat nasi berkat agar menjemput ke mesjid karena saking banyaknya   namun penulis tidak kembali menjemput. Malu...hehe. Setelah sampai dirumah ternyata mbah, paman dan tante membawa nasi berkat untuk penlis, ternyata rezki tidak kemana hehehe... Kata mbah ada tetangga yang bilang menantunya belum dapat karena pulang duluan makanya dititipkan. Kemudian air yang dibawa mbah tadi diminum ramai-ramai bersama keluarga yang lain seperti paman, tante, keponakan dan anak istri .  Menurut mbah air itu adalah air yang didoakan, dan sangat baik diminum agar diberkahi hidupnya. Kemudian diakhiri saling saling bermaapan dan anak cucu mbah serta anak menantu sungkem kepada mbah. Begitulah tradisi Malam Nisfu Syaban di kampung Kijang ini.  Penulis jadi teringat akan pendapat seorang ustad yang menuduh bidah pengkhususan malam Nisfu Syaban ini dengan kegiatan-kegiatan tertentu seperti yasinan, ruwatan, atau puasa.  Begitu pula dengan embel-embel air doa seperti yang berlaku tadi, ustad itu menganggap adalah musyrik. Karena menganggap dengan minum air itu baru afdol (sah) doa nisfu syabannya. Menurut beliau itu sama saja menyekutukan Allah.  Semua malam itu sama kata Sang Ustad. Seingat saya terakhir beliau mengatakan bahwa hadist yang mengatakan Allah akan turun pada malam nisfu syaban dan mengampuni semua dosa manusia kecuali yang musyrik dan orang yang memutus hubungan persaudaraan adalah hadist palsu. Pendapat beliau Allah itu selalu bersama kita, tidak ada pengkhususan beliau akan turun pada waktu-waktu tertentu dari arsy-nya menurut beliau. Menurut penulis apapun kontrovesi mengenai malam syaban ini terpulang kepada diri sendiri. Tidak perlulah kita saling berbantahan dalam kebaikan. Saya pribadi mendukung warga kampung ini yang terus menjaga tradisi. Karena tujuan dari tradisi ini pada dasarnya adalah agar sesama warga tetap kompak, besatu dan rukun. Kemudian  mengenai nasi berkat dan air tadi itupun tak masalah asal tetap diyakini bahwa semuanya dikembalikan  kepada Allah SWT dan apa yang dilakukan itu hanya untuk mengharap ridho -Nya.  Bahkan teknologipun sudah membuktikan seperti penemuan Ilmuwan Jepang bahwa air yang didoakan ternyata mempunyai bentuk molekul yang indah dan menyehatkan di banding air yang tidak didoakan. Nah, walau berbeda pendapat mengenai malam Nisfu Syaban ini, tapi janganlah membuat sesama umat Islam saling bermusuhan. Pulangkan semuanya kepada keyakinan individu masing-masing. Bagi yang ingin merayakan silahkan dan bagi yang tidak juga silahkan. Pokoknya hanya satu yang perlu kita ingat seperti yang dijajarkan guru penulis bahwa yang membuat kita masuk surga adalah bukan karena amal ibadah kita tapi adalah karena Kasih Sayang Allah SWT.  Oleh karenya apapun ibadah dan amalannya semua kembalikan kepada Allah SWT dengan berharap ridho dan kasih sayang-Nya. Mohon maap jika penulis keliru. Semoga Allah SWT mengampuni penulis dan kita semua. Salam. ...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline