Lihat ke Halaman Asli

Mustafa Kamal

TERVERIFIKASI

Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Terharu Membaca Surat Habibie untuk Ainun....

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu
Karena, aku tahu semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi,
aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah ternyata bahwa kematian itu
benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya,
dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang
rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada air mata yang jatuh kali ini,
aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir,
pada kenangan pahit manis selama kau ada.

Aku bukan hendak mengeluh,
tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini.

Mereka mengira akulah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari,
bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

Mana mungkin aku setia,
padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku cinta,
sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan
Kau dari-NYA, dan kembali pada-NYA
dulu kau tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

Selamat jalan sayang
cahaya mataku, penyejuk jiwaku
selamat jalan
calon bidadari surgaku

BJ Habibie - Mei 2010




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline