Lihat ke Halaman Asli

Muhib Albuwaity

Coretan Albuwaity

Kembali Men-sejenak-an, untuk Makna Kesempatan

Diperbarui: 17 September 2024   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menghitung kembali kesempatan, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 30 harian dan 4 mingguan sebulan, dan 12 bulan setahun. Bagaimana tidak, seminggu lagi tiba sudah angka 25 tahun kesempatan menjadi sejarah, sebagai pengalaman maupun pengetahuan dalam beragam bentuk dari tertulis, dialog langsung, sekadar perjalana atau sesederhana senyap tidur. Apapun itu kini perihal nilai kembali menjadi perhatian, satu poin yang mengemuka yaitu kualitas setelah melewati kesempatan yang telah dilalui tersebut.

Semakin banyak dan luas menjadi variabel yang menjadi kesimpulan sederhana berupa, bertumbuh dan berkembang. Namun akan hilang arah ketika variabel tersebut berhenti sampai situ, sekalipun untuk langkah penyederhanaan. Istilah dewasa tidak sekadar tentang bertambahnya umur menjadi poin pada paragraf ini. Bukankah sudah selayaknya terhadap bertambah banyak dan luasnya pengalaman dan pengetahuan, kata sederhana sekalipun seakan terisi kembali pemaknaannya?.

Penerimaan dan langkah maju atas kesempatan yang terus berjalan menjadi sedikit bahasan dalam tulisan ini, paling tidak untuk menyadari pos pemeriksaan (checkpoint) atas kesempatan yang telah terlalui. Sejenak istirahat atau mengulas kembali makna masa lalu kiranya menjadi pilihan, sebuah kemanusiawian atas rasa lelah dan sakit yang barangkali tidak sempat benar-benar disadari. Selain juga bertambahnya wawasan atas dunia era digital terkini yang perkembangan dan pertumbuhannya teramat pesat. Tidak lain untuk menjaga dan merawat kesempatan terkini yang dihadapi, dan bekal strategis melangkah kesempatan ke depan.

Setidaknya untuk sebuah harapan atau impian, merangkainya pada cita-cita, merumuskannya dalam visi dan misi hidup individu. Barangkali bertitik tolak dari bangunnya jati diri, benar-benar berdiri secara pengetahuan dan pengalaman, Meski terjang gelombang ujian kehidupan tidak dapat dikendalikan, setidaknya tiang jati diri tetap mengembang menuju tujuan yang mengkokoh dengan terus bertahan dan berkembangnya pengetahuan dan pengalaman kedirian.

Akhir kata, 40 jam dalam 5 hari kerja, 8 jam tidur dalam sehari, ruang untuk seminggu ada 88 jam (kurang lebih setengah minggu) bebas terisi apapun. Rutinitas makan, mengobrol, beribadah, syukur-syukur terisi dengan percepatan pendewasaan, meluangkan diri untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman atas tantangan ke depan, atau mungkin sejenak merenung untuk masa yang terlewati sebagai istirahat atas kepastian lelah usaha, mungkin juga evaluasi perbaikan atau barangkali penyembuhan derita atau sakit, baik psikis maupun kognitif.

Apapun itu sudah sejauh ini jalan terlalui, selagi keputusan berhenti masih didapati sebagai pilihan, banyak hal yang tetap berjalan sekalipun selesai. Untuk sebuah perjalanan yang mulai dan akhirnya, terus berjalan.

Wallahu'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline