Lihat ke Halaman Asli

Secangkir Teh Di Pagi Hari

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikmati secangkir teh di sore hari memang suatu momen yang menenangkan. Tapi secangkir teh di pagi hari tidak kalah nikmat. Terlebih lagi teh pagi hari selalu  bisa menentramkan perutku yang selalu kurang bersahabat di kala mentari menyapa.

Semalam aku mengunjungi rumah salah satu dosenku di ATMI, untuk bersilaturahmi dan kebetulan juga dia tetanggaku, namanya Mas Henri. Rumah beliau terletak di depan rumahku. Beliau paling senang bercerita, apalagi kalau menyangkut mahasiswanya. Dan hampir semua ceritanya inspiratif. Malam itu beliau bercerita tentang seorang mahasiswanya yang sedikit bermasalah. Mendekati akhir tahun pertama Doni (bukan nama sebenarnya) mulai menurun semangat belajarnya. Dia mulai sering tidak masuk, baik yang dengan ijin dokter sampai tidak masuk tanpa keterangan. Hal ini menjadi concern Mas Henri karena kebetulan beliau mengurusi masalah kemahasiswaan di ATMI. Suatu hari beliau memutuskan untuk memanggil Doni untuk melakukan konseling. Dari sesi konseling ini diketahui kalau sumber kemalasan dan hilanganya semangat kuliah adalah rasa bosan dan tidak tahan dengan system perkuliahan di ATMI. Sebuah alasan yang tidak masuk akal menurut saya. Dan Mas Henri sependapat dengan saya. Setelah melakukan pendampingan dan konseling, Doni kembali bersemangat dan bisa dibilang semakin rajin kuliah. Sampai akhirnya di lulus dengan hasil yang memuaskan.

Yang membuat saya tersentuh adalah, selama pendampingan dan konseling tersebut Mas henri menceritakan seorang mahasiswa ATMI yang punya sakit jantung namun tetap bersemangat dan tidak pernah menyerah walaupun beberapa kali penyakitnya tersebut kambuh saat kuliah. Mas Henri menceritakan bagaimana mahasiswa tersebut berjuang selama tiga tahun di ATMI sampai akhirnya lulus. Dimana dia tidak pernah menyerah pada keadaan dan membatasi diri karena keadaan dirinya.

Sungguh mengharukan karena mahasiswa yang diceritakan tersebut adalah saya sendiri. Saya sekarang mulai mengerti rencana Tuhan dalam diri saya, dengan mengijinkan saya mengalami semua itu. Tidak hanya untuk menempa dan membentuk saya, tetapi untuk menjadi inspirasi bagi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline