Aryo tumbuh menjadi anak yang sehat dan energik. Namun hidupnya mulai berubah semenjak serangan jantung pertama yang dialaminya saat SMP kelas 3 dan harus dirawat satu minggu di rumah sakit. Semenjak itu aryo tidak diijinkan lagi untuk melakukan kegiatan fisik yang berat karena dikhawatirkan akan membebani jantungnya. Alasan ini pula yang memaksanya untuk mengubur mimpi menjadi taekwondoin.
Memasuki bangku SMA keadaannya bisa dibilang semakin parah. Dalam satu tahun dia bisa sampai dua kali dirawat di ICCU karena jantungnya berdetak tak terkendali. Padahal baru saja dia mulai mendapatkan semangat dan kepercayaan dirinya lagi ketika bergabung dalam klub basket SMA. Namun sekali lagi keinginannya harus pupus karena kondisi jantungnya yang tidak mendukung.
Beruntung selama masa-masa SMA Aryo menemukan teman-teman yang bisa membuatnya merasa bersemangat dan sejenak melupakan kondisi jantungnya yang tidak stabil tersebut. Bram, Pudio, Ridwan, Aan, orang-orang yang selalu ada disampingnya. Merekalah teman yang selalu ada untuknya disaat suka dan duka. Namun kebersamaan selama tiga tahun harus disudahi karena mereka harus melanjutkan pendidikan di universitas-universitas pilihan mereka. Berakhirnya masa SMA bukan berarti berakhir pula pertemanan mereka.
Aryo memilih melanjutkan study di ATMI. Keputusan berani karena pendidikan di sana menuntut fisik yang prima dan dengan kondisi Aryo yang sekarang tentu saja hal itu terasa mustahil. Benar saja, saat hari pertama jantungnya kumat lagi dan harus dilarikan ke ICCU. Dan seolah siklus yang dulu terjadi saat SMA terulang lagi, siklus hilangnya smeangat dan kepercayaan diri. Tetapi atas dukungan dan doa dari kedua rang tuanya dia dapat menyelesaikan pendidikan tiga tahun di ATMI dengan hasil yang cukup memuaskan. Dia bahkan menyumbang tropi juara kedua dalam kompetisi nasional mewakili kampusnya.
…
Minum teh di sore hari memang selalu membuatku terkenang akan masa. Tepat empat tahun setelah operasi jantung yang kujalani dan selama itu pula aku bisa breaktifitas normal kembali. Terima kasih Tuhan atas anugerah-Mu ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H