Lihat ke Halaman Asli

Albertus Riko

Mahasiswa STFT dan Frater Projo Giovanni

Merefleksikan Perjuangan Persahabatan Komunitas Mengatasi Covid-19 (PPKM C-19)

Diperbarui: 6 Desember 2021   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hipwee.com

Ketika manusia mulai menempuh perjalanannya di dunia ini, tentu ia tidak lepas dari bentuk Perjuangan hidup. Perjuangan merupakan bentuk tanggapan dari dirinya sebagai manusia yang mengalami kehidupan atau sebagai tanda bahwa hakikat "keberadaanya" itu hidup. Dengan kata lain, jika tidak ada perjuangan maka hakikat "keberadaannya" adalah mati. Seperti yang diungkapkan oleh Rasul Yakobus dalam suratnya: "Jika iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (Yak 2:17). Maka jika pernyataan ini dikaitkan dengan konteks hidup dalam perjuangan, bisa direfleksikan secara singkat demikian: "Hidup kekal adalah buah dari iman dan perbuatan baik adalah buah dari perjuangan. Sehingga jika manusia ingin memperoleh iman itu, maka perbuatan baik hendaknya sebagai konsekuensi dari perjuangan untuk memperoleh hidup kekal.

Kemudian, jika melihat kenyataan bangsa ini pada masa lalu. Setiap individu dapat merenungkan kembali betapa kata "perjuangan" itu menjadi cetusan semangat bagi para pahlawan untuk bangkit memperoleh keadilan, kebebasan, dan kedamaian. Dalam arti lain keadilan, kebebasan, dan kedamaian merupakan idealisme positif, bagi para pejuang bangsa ini. Sehingga, sebagai konsekuensi dari nilai yang ingin dicapai itu, para pahlawan harus siap berkorban, baik dari segi material maupun nyawa sebagai taruhannya. Kemartiran para pahlawan bangsa ini, akhirnya membuahkan hasil yaitu kemerdekaan yang didalamnya ada keadilan, kebebasan, dan kedamain hidup bersama sebagai suatu negara.

           Merenungkan makna "perjuangan"di atas. Maka perjuangan seperti apakah yang hendak dimaknai dalam persahabatan komunitas atau hidup bersama mengatasi covid-19? Sebelum merefleksikan pertanyaan ini, ada baiknya setiap individu merefleksikan makna persahabatan seturut pandangannya masing-masing. Menurut saya, secara singkat makna persahabatan itu, merupakan kehadiran diri dan kepekaan diri seseorang, untuk merasakan suka-duka dan kecemasan hidup di dunia sekitar, tempat di mana dirinya berdinamika bersama.

Persahabatan pula ialah kehadiran diri seseorang untuk berani berkorban atau berani memberi diri secara tulus dan total, tanpa adanya embel-embel mencari keuntungan pribadi, serta popularitas diri. Dalam buku Menjadi-Mencintai Berfilsafat Teologi Sehari-hari, Armada Riyanto menyatakan: "Kerap kita mendengar ungkapan persahabatan itu membutuhkan pengorbanan. Menurut saya ini sebuah ungkapan wajar. Maksudnya, hidup itu sudah merupakan sebuah pengorbanan. Yang saya maksud dengan "pengorbanan" adalah pemberian diri. Tak mungkin aku hidup, bila tidak memberikan diri, memberi diri dalam pergaulan, dalam keluarga, dalam kerja dan dalam setiap aktivitas yang aku jalani." (Armada Riyanto, 2013). Dengan demikian sikap "pemberian diri" dalam persahabatan merupakan bagian dari totalitas setiap pribadi dalam hidup pelayanannya sehari-hari.

Kembali ke pertanyaan tadi, jika melihat makna perjuangan dan persahabatan tersebut. Bisa direfleksikan bahwa betapa kata "perjuangan dan persahabatan," itu sangat diperlukan dan menjadi titik tolak bagi pergulatan setiap orang dalam mengatasi covid-19. Maka makna perjuangan persahabatan komunitas atau hidup Bersama mengatasi covid-19, pertama-tama muncul karena adanya relasi saling mengasihi. Hal mengasihi adalah makna yang ingin dicapai dan dihidupi. Dalam konteks ini, rasa saling mengasihi sesama merupakan kiat-kiat kesadaran komunitas atau hidup bersama, dalam memperhatikan diri sendiri dan sesama.

Maka wujud konkret yang bisa dipraktekan dari perjuangan persahabatan mengatasi covid-19 itu, ialah pertama-tama peka memperhatikan Kesehatan diri sendiri, kemudian tidak henti-hentinya menghidupi kebiasan menerapkan protokol Kesehatan, seperti: mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, menjauhi kerumunan, dan minum vitamin. Dan menghidupi selalu kebijakan PPKM dari pemerintah itu sendiri, sebagai habitus atau kebiasaan pribadi. Sehingga melalui hal tersebut, orang bisa memaknai "aku sehat karena tergerak oleh kasihku terhadap sesama". Walaupun "perjuangan" itu, masih belum membuahkan hasil yang begitu pasti, jika dihadapkan pada kenyataan atau realitas saat ini yang banyak dari setiap individu terpapar, hingga berujung pada kematian. Namun ingatlah bahwa perjuangan pasti akan membuahkan harapan yang membawa hasil dan kenyataan.

Berkaitan dengan harapan tersebut, kita diingatkan kembali oleh doa Paus Fransiskus. Dalam doanya bagi para pekerja medis, dokter, perawat dan korban virus corona. Paus Fransiskus menyerukan demikian: "Ya Maria, engkau terus menerangi perjalan kami sebagai tanda keselamatan dan pengharapan. Engkau keselamatan umat manusia, tahu apa yang kami butuhkan, dan kami yakin engkau akan menyediakannya, seperti di Kana-Galilea, suka cita dan pesta dapat kembali terjadi setelah masa pencobaan ini." Dari sini, setiap orang kembali diajak sejenak untuk melihat peristiwa di Kana-Galilea.

           Dari gambaran singkat peristiwa tersebut, menceritakan tentang tuan pesta yang kehabisan anggur. Namun karena Bunda kita hadir sebagai sahabat, mereka diselamatkan dari rasa malu dan celaan orang sebangsanya. Dengan kepekaan tersebut, ia menyatakan duka-cita mereka kepada Putaranya dengan mengatakan: "Mereka kehabisan anggur" (Yoh 2:3). Walaupun jawaban Putra seolah-olah menolak (Yoh 2:4). Namun Bunda tetap berjuang dan memiliki harapan yang besar pada penyelenggaraan Allah melalui Putra-Nya, ia terus menyerukan harapan (Yoh 2:5), hingga apa yang menjadi harapan itu terwujud (Yoh 2:6-10). Lanjut penggalan doa Paus Fransiskus: "Bantulah kami, Bunda cinta kasih Ilahi, untuk menyelaraskan diri dengan kehendak Bapa dan melakukan apa yang dikatakan Yesus kepada kami." Dengan demikian penggalan doa ini, kembali mengajak kita supaya tidak hanya berorientasi pada kehendak dan kemampuan sendiri. Tetapi hendaknya setiap orang menyadari pula untuk menyelaraskan diri pada penyelenggaraan Ilahi, seperti halnya para pelayan yang menuruti perkataan Bunda kita dan Yesus Putranya (Yoh 2:5-7). Maka, bisa direnungkan bersama bahwa "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya" (Pkh 3:11). Dan bisa direnungkan pula bahwa melakukan perjuangan dalam persahabatan, alhasil manusia mencapai kebahagian bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline