Lihat ke Halaman Asli

Kalla di Wisma Penta

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wisma Penta sama dengan gedung-gedung tinggi lainya di Jakarta. Ada pos satpam, parkir basement, tanaman hias, dan di tangga menuju lobi ada 2 patung gajah kecil menyambut pengunjung.  Dari depan lobi itu, tampak Sedan Lexus hitam mendekat menembus gerimis yang mengguyur Jakarta. Dingin.

 

“Beegggghh...” dari balik pintu sebelah kanan muncul Jusuf Kalla, mantan wakil presiden periode 2004-2009.

 

Ia bergegas menaiki tangga, melewati patung gajah, pintu kaca otomatik dan masuk ke lift sebelah kiri menuju lantai 5.

 

“Ttiiinggg......”

 

“Hallo semua apa kabar, maaf saya terlambat,” katanya melambaikan tangan ke kerumunan blogger, jurnalis dan warga Twitterland yang telah menunggu sejam lebih di depan lift. Ada yang duduk di sofa, selonjor di lantai dan berdiri berkelompok sambil merokok meski ruangan itu ber-AC.

 

“Selamat malam Pak Kalla.”

 

Rabu (4/8) malam lalu Jusuf  Kalla diundang  para blogger dan editor club dalam kopi darat bertajuk lovecabe. Uni Lubis, pemimpin redaksi ANTV sekaligus warga Twitterland menjadi tuan rumah bersama blogger dengan latar belakang macam-macam; pekerja periklanan, aktivis, mahasiswa, ibu rumah tangga, penulis buku juga jurnalis. Sejak pukul 19.00, Uni tampak sibuk, mondar-mandir menyambut tamu, mengecek makanan, minuman, mengutak-atik 2 Blackberry dan cipika-cipiki dengan tamu yang sebagian besar perempuan.  Keluar ruangan. Masuk lagi. Keluar ruangan. Masuk lagi.

 

Pertemuan dihelat di sebuah bar kecil berdesain minimalis, di sebelah kanan pintu masuk ada rak yang di atasnya diletakkan beberapa eksamplar majalah seni, foto atlet bulu tangkis tahun 90-an Susi Susanti, miniatur Holden, plakat dari mantan Kepala Staf Angkatan Laut dan pernak-pernik beraksara Cina. Kursi telah diatur berbentuk bulat lonjong dimana Kalla didaulat duduk di tengah paling depan. Ia disuguhi Ades dan buah Lengkeng.

 

“Jadi pak Jusuf Kalla. Ini organisasi tanpa bentuk yang isinya orang-orang yang kerjanya pagi, siang sore malam Twitter-an. Temanya Lovecabe karena kemarin harga cabe naik, banyak yang marah-marah sampai kita kopi darat di Restoran yang menunya khas cabe. Sampai-sampai ornamen-ornamennya pun cabe,” kata Uni.

 

“Jadi teman-teman, apa dulu yang kita bicarakan. Pak Jusuf  Kalla ini semua bisa ditanyakan ke beliau. Mulai dari soal tabung gas, PMI, redenominasi, pemindahan Ibu Kota. Gimana?”

 

Kalla tersenyum memerhatikan perempuan-perempuan yang mengelilinginya.

 

Masalah kepemimpinan bangsa akhirnya dipilih sebagai tema pembuka dengan pertanyaan dari pengguna Twitter ber-id treespotter. Treespotter meminta komentar Kalla tentang kepemimpinan bangsa yang menurutnya jelek.

 

“Bus kota saja ada etikanya, tidak boleh saling mendahului. Apalagi bekas Wapres, tidak enak mengomentari pengganti saya atau teman-teman saya. Saya minta maaf saja,” kata Kalla meski ia setuju kemajuan suatu bangsa sangat  dipengaruhi pemimpinya, misalnya Cina dan India.

 

Ditanya mengenai tabung gas 3 kilogram yang kerap meledak akhir-akhir ini, Kalla menjawab persoalannya sebenarnya sederhana sekali. Dia mengatakan, dalam sebulan semua tabung gas dapat dikontrol dan diperbaiki.

 

“Hanya butuh 2500 orang. Gampang. Karena setiap 10 hari tabung masuk ke stasion pengisian ulang Pertamina. Ditarik saja.”

 

Kalla juga mengkritik metode sosialisasi door to door yang coba diterapkan pemerintah.

 

“Tidak mungkin door to door, harus melalui media. Pengguna tabung itu 45 juta rumah tangga kapan bisa selesainya.”

 

“Kasih saja 300 slot iklan, paling biaya 20 sampai 30 miliar itu tidak ada apa-apanya dibanding penghematan 40 triliun dari konversi.”

 

Meski banyak ledakan, Kalla megatakan, tak perlu membatalkan kebijakan konversi. Ia bercerita semua energi ada resikonya bahkan listrik sekalipun.

 

“Berapa rumah yang terbakar karena korsleting. Tiap tahun ada 450 kebakaran di Jakarta dan 60 persen karena listrik. Dulu waktu minyak tanah juga sering kompor mleduk. Bahaya. Semua ada resiko. Paling ringan sebenarnya LPG.”

 

“Menurut bapak persoalan apa yang paling mendesak saat ini pak?” tanya treespotter.

“Tergantung anda tinggal dimana.”

“Kalau dibuat daftarnya Pak.”

“Kalau di Jakarta ya kemacetan, pemindahan Ibu Kota ya tergantung.”

 

Soal kemacetan, Kalla mengusulkan jumlah armada Transjakarta ditambah 100 persen dari yang ada sekarang.

 

“Busway itu memakan 25 persen jalan. Dia mesti bertambah kapasitas 100 persen baru cocok. Sekarang kan saya lihat lowong panjang . Padahal lowong atau tidak tetap ambil 25 persen jalan. Paling gampang monorail karena dia tidak ambil jalan, banjir juga tetap jalan.”

 

Selain itu, Kalla mengusulkan harga karcis Transjakarta dinaikkan dari 3500 menjadi 5000 atau 10 ribu agar perusahaannya untung dan punya duit untuk menambah armada.

“Tapi DPRDnya tidak setuju. Maunya populis.”

 

Kalla juga mengomentari proyek MRT yang menurutnya terlalu mahal dan tidak efektif mengatasi kemacetan.

 

“Panjangnya Cuma 7 kilometer. Bagaimana bisa mengatasi macet ini. Kalau sudirman banjir itu masuk air. Jadi kita harus hati-hati.”

 

Ia juga tak setuju dengan usul pemindahan ibu kota karena Indonesia adalah negara kesatuan bukan negara federal seperti Amerika Serikat dan Australia.  “Unitary state umumnya ibu kota di kota besar. Lagipula tidak gampang. Biayanya mahal sekali Jadi lebih baik masalah kemacetan ini kita selesaikan. Makin bisa.”

 

“Bagaimana dengan penyerangan terhadap Ahmadiyah, bentrok antar ormas?” kata Ikram.

 

“Termasuk larangan beribadah bagi HKBP di Bekasi pak,” timpal Uni.

 

Setelah meminum air putih, Kalla melanjutkan,” wibawa polisi turun akibat di antara jenderal polisi, bintang 3 dan bintang 2 bertengkar. Bagaimana dengan anak buahnya? Penegak hukum sudah tak berwibawa. Masyawarkat sudah tidak hormat pada polisi, apalagi Satpol PP.”

 

“Yang penting wibawa penegak hukum, orang sekarang tidak takut lagi. Dan jangan sampai orang berpikir kalau bunuh orang ramai-ramai itu tidak melanggar hukum. Inilah yang terjadi sekarang. Seperti di Koja tempo hari. Polisi dibunuh.”

 

“Tapi pak ini kadang dari luar sepertinya agama tapi ada politik juga,” kata Ikram lagi.

 

“Anda betul. Priok itu ujung-ujungnya minta duit 200 miliar. Katanya agama. Ah bohong itu semua. Masak ada habib meninggal 1756 dianggap mendakwah agama islam di Jakarta. Padahal katanya meninggal sebelum mencapai Jakarta di laut. Bagaimana mau menyebar agama. Katanya niat, lho kalau niat semua orang punya niat.

 

Semua yang hadir tertawa. Dua jam berlalu, satu persatu yang hadir mulai meninggalkan lokasi hingga acara akhirnya ditutup dengan sesi foto bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline