*Semua cerita adalah fiksi dan hanya karya ilmiah saja*
Pada zaman dahulu kala, ada seseorang bernama Lio Marcelino. Lio Marcelino adalah orang yang dikenal masyarakat sebagai orang yang baik hati dan rendah hati. Suatu hari Lio ingin mempelajari agama, ia terus mempelajari hal tersebut dan ingin mengetahui bagaimanapun cara hidup yang benar-benar diajarkan oleh Tuhan dan bagaimana cara mengajari ke orang lain. Suatu hari ada seseorang berkhotbah dan mengatakan bahwa ada biksu atau nabi yang dirumorkan bisa berbicara dengan Tuhan dan mengabulkan permintaan di puncak jaya, Papua.
Lio yang penasaran itupun langsung titipkan salamnya kepada keluarganya dan langsung berangkat. Perjalanannya tidak mudah, banyak hutan-hutan yang harus ia lewati, laut yang harus ia sebrangi, dan bahkan masalah keuangan. Lio yang pantang menyerah itu tetap senang saja karena penderitaan karena Tuhan adalah kasih karunia Allah sendiri. Lio memikirkan permintaannya itu, ia tetapkan bahwa ia ingin memperoleh ilmu tentang kebenaran.
Ditengah perjalanannya di kota Yogyakarta, Lio bertemu dengan burung perkutut yang kakinya terperangkap di antara kayu. "Tolong! Tolong!" ucap perkutut itu. Lio yang terkejut mendengar perkutut itu langsung melupakan hal itu dan menolong perkutut tersebut. Setelah menolong perkutut itu, perkutut itu berterimakasih kepada Lio dan mengatakan bahwa ia adalah salah satu hewan yang dikarunia oleh Tuhan yang membuatnya dapat berbicara bahasa manusia. Awalnya Lio tidak percaya, namun karena melihat sebuah hewan bisa mengatakan bahasa manusia ia menjadi percaya, Liopun bergegas langsung melanjutkan perjalanannya itu, tiba-tiba perkutut itu datang kedepan Lio dan menjelaskan bahwa ia mengetahui Lio sedang menuju biksu atau nabi di puncak jaya itu dan ingin dititipkan permintaanya agar anak-anaknya dapat terbang lagi karena mereka lahir cacat yang disebabkan oleh dosanya untuk tidak taat pada Tuhan. Liopun mengangguk dan langsung melanjutkan perjalanannya.
Setelah melewati selat bali, Lio bertemu dengan burung Jalak Bali yang berteriak meminta tolong, Lio langsung menolongnya dan Jalak Bali itu berterimakasih kepada Lio karena kebaikannya. Lio yang ingin kembali ke perjalanannya dihadang oleh Jalak Bali itu dan mengatakan hal yang sama seperti perkutut itu, Jalak Bali itu meminta bantuan Lio agar keluarganya dapat sembuh dari wabah penyakit, karena Lio adalah orang yang baik hati ia mau menuruti permintaan Jalak Bali tersebut.
Setelah 1 bulan lamanya, Lio berhasil menetap di kota Ambon untuk sementara dan mempersiapkan perlengkapannya lagi. Lio yang saat itu berburu, bertemu dengan burung nuri yang saat itu meminta pertolongan. Lio langsung siap segap membantu burung itu dan Lio mendapatkan perkataan yang sama seperti perkutut dan jalak Bali itu, burung Nuri itu meminta bantuan Lio untuk mengabulkan permintaanya agar warna bulu khas merahnya dapat kembali lagi, karena Lio baik hati ia bersumpah untuk memenuhi ketiga permintaan mereka tersebut.
Setelah sekian lama Lio akhirnya menginjakkan kakinya di pulau Papua dan puncak jaya. Disitu Lio memanjat tangga yang sangat tinggi, namun hal itu lebih kecil daripada perjalanan 1 bulannya untuk kesini. Setelah sampai keatas, Lio bertemu dengan biksu atau nabinya itu, seperti perkataan pengkhotbah itu, biksu atau nabi itu menanyakan permintaan Lio. Namun biksu atau nabi itu mengatakan bahwa Tuhan hanya membolehkannya 3 permintaan saja kepada Lik. Hal itu langsung menusuk hati Lio karena perjuangan dan perjalanannya ini menjadi sia-sia, karena Lio baik hati ia mengatakan 3 permintaannya itu yang dibutuhkan ketiga burung itu sebab pikirnya bahwa keperluan mereka lebih penting daripada mencari ilmu.
Liopun pulang meskipun dengan hati yang kecewa, setelah sampai di rumah, Lio mendapati ada tiga karung didepan rumahnya. Saat Lio membuka satunya, Lio menemukan biji-bijian otek yang mahal dan besar, Lio yang kebingungan tidak pernah memesan hal itu membuka satu karung lagi yang berisikan pisang-pisang yang masih matang dan banyak jumlahnya. Lio mulai panik akan ditagih oleh penjualnnya, Liopun langsung membuka karung ketiga yang berisikan beras merah. Lio yang bingung itupun memasuki rumahnya untuk melihat apakah ada pesan ditinggalkan keluarganya. Benar saja Lio menemukan pesan, namun pesan itu bukan dari keluarganya melainkan dari ketiga burung itu yang mengatakan bahwa itu adalah tanda terima kasih mereka dan juga dari Tuhan karena kasih sayangnya yang besar. Sebagai imbalan Tuhan juga mengabulkan permintaan Lio yang membuat Lio menjadi pintar dan berpengetahuan.
Perbuatan baik akan membalas anda berkali-kali lipat.
Terima kasih,