Lihat ke Halaman Asli

Pen-Zolim-an Pembawa Ketenaran dalam Panggung Politik Kita

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Zolim sebagai bahasa yang sudah tidak asing lagi bagi kita, dimana mungkin anda pernah menjadi korban kezoliman orang-orang di sekitar anda, bahkan tanpa sengaja anda, kita, saya pernah men-zolimi orang lain. Penzoliman mungkin bisa kita artikan sebagai perbuatan yang merendahkan martabat, atau tidak mernghormati hak-hak orang lain sepentasnya.

Dalam panggung politik kita, penzoliman sesama politikus sudah merupakan tontonan yang sering kita lihat, khususnya bagi yang berlawanan ide atau yang kita sebut sebagai lawan politik. Dimana setiap Oposide perjalanan politik telah terjadi tuduh menuduh, kritik, yang jarang kita lihat sebagai sesuatu yang membangun, yang seharusnya berwujud membangun demi kepentingan Bangsa Indonesia. Namun kenyataannya, saling menzolimi hanya demi kepentingan kekuasaan.

Pada Pilpres 2004 silam, kita mengingat bahwa Keluarga Capres dari PDI-P telah menzolimi lawan politiknya dari PD. Dimana pada waktu itu, capres dari PD masih menjabat Menkopolkam dibawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri. Penzoliman dimaksud adalah berupa ucapan/ pernyataan Taufik Kiemas yang menyatakan bahwa SBY itu seperti anak-anak.

Ucapan itu telah merebak menjadi isu nasional, dikarenakan berasal dari seorang selebritis, yang konon pada masa itu juga sebagai Suami Presiden. Ucapan itu telah meningkatkan hampir 70% Popularitas Capres tersebut, yang berawal dari tingginya simpati masyarakat Indonesia kepada beliau, sementara di sisi lain telah menurunkan popularitas suami sang presiden, karena khalayak ramai berpikir bahwa ucapan itu adalah sebuah hal yang tidak pantas.

Tak ayal, popularitas akibat penzoliman itu telah menghasilkan 2 perubahan dalam panggung politik kita, yaitu : Terpilihnya SBY menjadi presiden RI, dan kedua; berakhirnya kejayaan PDIP, yang konon sejak Pemilu I era reformasi selalu mendominasi suara rakyat.

Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya (Golkar) di Pekanbaru 7 Oktober 2009 silam, telah menghasilkan pemilihan Ketua Umum, yang dimenangkan oleh seorang Aburizal Bakrie, yang terkenal sebagai pemilik Bakrie Group, yang kita ketahui termasuk orang terkaya di Asia. Kemenangan tersebut telah menyingkirkan saingan utamanya yaitu Sang Pemilik Media Group; Surya Paloh.

Namun di sisi lain  hasil Munas tersebut, walau berjalan dengan lancar dan baik, tapi bagi pihak tertentu telah meninggalkan cerita. Cerita yang dimaksud adalah yang saya sebut dengan "Penzoliman" tadi. Seorang Surya Paloh yang selama ini dianggap sebagai Jurkam, dan pengurus Golkar terkemuka, harus tersingkir dari Jabatan Ketua Umum. Kekalahan itu dinilainya akibat dia kalah "Tender" dari saingannya, tender yang dimaksud adalah jumlah dana yang dimiliki. Lantas beliau menganggap dirinya telah di Zolimi.

Akankah pen-zolim-an ini akan menghasilkan sebuah ketenaran? Tentu kita sudah melihat, bahwa Surya paloh telah mencoba melakukan "manuver" politik dengan semboyan "RESTORSASI INDONESIA" nya. Restorasi ini dimaksudkan untuk membangun Indonesia yang baru, yang bebas dari "Perangkat rusak-rusak", sebagai sisa-sisa dari peninggalan Politik di masa lalu.

Melalui wadahnya yang semula bukan partai politik, namun kini telah di proklamirkan menjadi sebuah Partai yang disebut dengan Partai Nasional Demokrat (NASDEM).  Nasdem pun kini sudah mulai mencuri start promosi melalui Media cetak dan Elektronik, dan media berita yang terkemuka yang kita kenal dengan MetroTV sendiri dewan redaksinya adalah Pendiri Nasdem sendiri. Dan popularitas Nasdem kini telah mulai mengalami peningkatan secara drastis.

Dapat kita lihat, Secara sembunyi-sembunyi para politikus pun yang sekarang duduk di berbagai kursi pemerintahan dan legislatif, sudah banyak yang menggeser tempat duduk ke arah Partai Nasdem, dan mereka hanya tinggal menunggu saatnya tiba, dan melihat situasi; apakah popularitas Nasdem akan terus naik, atau diam di situ, atau bahkan akan terjadi lagi penzoliman terhadap  politikus lain?

Kita sebagai penonton, hanya bisa melihat dan menunggu, benarkah Janji Restorasi Indonesia adalah cita-cita seorang Indonesia, atau hanya memanfaatkan sebuah Penzoliman untuk mengambil alih kekuasaan. Mari kita tanyakan kepada rumput yang bergoyang... :)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline