Lihat ke Halaman Asli

Pekerjaan yang Paling Berat di Dunia

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pekerjaan atau profesi yang paling berat didunia adalah menjadi seorang Ibu (dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada para ayah), walaupun ini bukanlah pekerjaan atau profesi (boleh tanyakan kepada para ibu, mereka akan menjawab dengan tulus bahwa ini sebuah panggilan dan kehormatan yang tertinggi bagi seorang wanita).

Tugas seorang ibu diawali ketika mengandung sang Janin, menjaga kehamilannya dengan mengkonsumsi makanan yang bermanfaat bagi sang janin, contohnya kalau sang calon ibu punya kebiasaan makan yang dapat mengganggu perkembangan janin, minum-minuman bersoda, kopi atau merokok, maka dengan rela hati para calon ibu tersebut akan meninggalkan kebiasaan mereka demi kesehatan dan perkembangan janin tercinta. Ketika proses persalinan, para ibu melahirkan sang bayi dengan pertaruhan hidup dan mati. Walaupun dunia kedokteran sekarang bisa meminimalisir semua gangguan pada proses persalinan, namun resiko tetap ada membayangi para ibu. Fase berlanjut, menyusui, menyuapi, mengasuh dan merawat bayi, memperhatikan tumbuh kembang bayi, kalau ada sesuatu yang mengganggu maka sang ibu akan sigap mencari tahu, ketika sang bayi sakit maka ibu akan merawat dengan penuh kasih sayang. Bahkan ketika bayi mereka mengalami sakit yang cukup parah sampai berhari-hari dan harus masuk ke Rumah Sakit, sang ibu akan berdoa kepada Tuhan memohon kesembuhan, kalau perlu dia mohon supaya sakit yang diderita bayinya dipindahkan kepadanya agar bayinya sembuh, ajaibnya, sang Ibu rela..!!

Ketika sang anak mulai memasuki masa sekolah, diawali dari Taman Kanak-kanak, sang ibu rela bangun lebih pagi untuk mempersiapkan makanan atau sarapan, bekal bagi anaknya, membangunkan sang anak, memandikan, mempersiapkan pakaian, mengantarkan kesekolah dan menjemputnya kembali. Tak lupa mengajari dan mengingatkan kembali semua pelajaran yang di sampaikan para guru, bahkan membantu menyelesaikan tugas dan PR anak-anaknya. Mendidik anak-anaknya agar memiliki sopan santun, budi pekerti, moral yang kuat dan hidup yang benar sesuai dengan ajaran Agamanya, agar kelak akan dipegang dan diingat sang anak seumur hidupnya. Inipun diluar kewajibannya sebagai seorang Istri yang masih harus mengurusi suami, dan mungkin pekerjaannya sendiri bagi yang bekerja.

Bayangkan, tanpa lelah mereka berjuang untuk suami dan anak tercinta, demi keutuhan Keluarga, berkorban begitu banyak bahkan jiwa dan raga untuk harta yang paling berharga dalam hidupnya. Banyak anak-anak bisa berhasil dan kuat menjalani hidup mereka karena ada seorang ibu yang mengasihi dan mencintai mereka tanpa syarat, bahkan sekalipun anak mereka cacat, ada kekurangan ataupun ketidaksempurnaan lainnya. Keberhasilan dan kesuksesan ternyata bukan hanya milik anak-anak yang sempurna fisiknya, ada juga anak-anak yang terlahir cacat tetapi hidup mereka telah menginspirasi banyak orang, bahkan melakukan suatu kebaikan bagi umat manusia, salah satu diantaranya adalah penemu lampu pijar, Thomas Alfa Edison. Setelah membaca latar belakang dari beberapa anak yang terlahir cacat atau ketidak-sempurnaan lainnya, ternyata dibelakang mereka ada seorang ibu yang tidak menyerah berjuang untuk merawat, mendidik serta berdoa bagi anak mereka, sadar bahwa tantangan bagi anak mereka lebih berat karena terlahir kurang sempurna, maka sang ibu pun berjuang lebih keras lagi agar kelak sang anak bisa mandiri sekalipun sang ibu sudah tiada.

Teringat akan lagu “Kasih Ibu” yang sering kita dengar, saya sangat tersentuh dengan salah satu liriknya yang berkata “hanya memberi, tak harap kembali..”, saya tergerak untuk menceritakan kisah perjuangan mama mertua saya tercinta:
Dulu, ketika istri saya serta kakak-adiknya masih kecil-kecil, mama mertua dan anak-anak ditinggal pergi oleh papa mertua dan tidak dinafkahi sepeserpun. Waktu itu beliau dalam keadaan hamil tua, didesak kebutuhan untuk membiayai anak-anak yang masih kecil-kecil, maka mama mertua pun menjadi Porter atau kuli angkut barang dan karung di terminal Tanjung Priok, tanpa memperdulikan kandungan dan kesehatannya. Mungkin didalam hatinya beliau berkata kalau saya tidak bekerja maka tidak ada uang, kalau tidak ada uang maka berarti tidak ada makanan yang bisa dimakan untuk anak-anak, apapun akan saya kerjakan demi mereka. Syukurlah, akhirnya mama mertua mendapat sebuah tempat atau lapak yang kecil untuk berjualan pakaian dalam di pasar senen. Hasilnya adalah semua anak-anaknya bisa bersekolah lulus SMA bahkan salah seorang anaknya yang sekarang menjadi istri saya bisa menyelesaikan studi dan meraih gelar Sarjana. Bahkan sebuah rumah yang cukup luas bisa terbangun untuk ditinggali, semua dari hasil jerih payahnya selama ini.

Ketika istri saya baru lulus kuliah, tak berapa lama dia mendapat pekerjaan, dia berniat memberikan gaji keduanya sebagai penghargaan dan ungkapan terima kasih kepada sang ibunda, tapi sang ibu menjawab dengan penuh kasih “Peganglah nak, ibu ada kok, siapa tahu nanti kamu ada keperluan atau mau beli apa kamu bisa pakai, kamu kan baru bekerja..”, istri sayapun terharu mendengar perkataan mama mertua.
Sekarang mama mertua sudah disurga, namun teladan dan kasihnya masih membekas begitu kuat didalam hati kami, anak, menantu dan cucu-cucunya. Doa dan perjuangannya bagi kami menjadi kenangan yang indah yang tak akan pernah kami lupakan. Beliau meninggal hari Sabtu di RS Persahabatan karena kecelakaan pada bulan Juni tahun 2010 yang lalu, ketika itu mama mertua sedang menuju ke Pasar Senen untuk berjualan dengan diantar naik sepeda motor oleh Papa mertua. Pagi sebelum berangkat ke Pasar Senen beliau sempat menitipkan uang satu juta rupiah kepada istri saya, mungkin Tuhan sudah atur atau beliau mendapat kesan atau feeling agar ketika beliau berpulang tidak merepotkan siapapun, termasuk kami anak menantunya. Uang itu seperti persiapan atau lebih tepatnya sudah 'disiapkan', agar kalau terjadi sesuatu pada diri mama mertua, beliau sepertinya berkata: "Pakailah uang itu.. Mama sudah siapkan..", walaupun kami semua siap menanggung semua biaya Rumah Sakit ketika peristiwa tersebut terjadi.

Untuk semua para Ibu, terima kasih buat semua yang kalian korbankan bagi kami, keluargamu, suami dan anak-anakmu..

Buat para suami, istri kita adalah pemberian Tuhan yang terbaik bagi kita..
Dialah ibu bagi anak-anak kita..
Ada istilah bekas istri dalam perkawinan, tapi bagi anak-anak tidak ada istilah bekas Ibu..

“Kasih Ibu kepada beta,
tak terhingga sepanjang masa..
Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia…”
(SM Mochtar)

Buat kita semua, anak-anak dari seorang ibu, saya kutip nasihat dari Nabi Sulaiman dalam kitab Amsal:

“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline