Lihat ke Halaman Asli

Falsafah Indonesia

Diperbarui: 21 April 2016   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Indonesia

Negara yang memiliki banyak pulau
Aku pernah bertanya, kenapa bisa begitu?
Dan ada jawaban di telingaku, itu menunjukkan seberapa ragam kita

Indonesia
Negara yang mempunyai lautan yang luas
Aku pernah bertanya, kenapa bisa begitu?
Dan ada jawaban di telingaku, itu untuk menampung air mata bangsa ini

Indonesia
Negara yang makmur dan jaya
Tapi rakyatnya kurus tak berisi
Aku pernah bertanya, kenapa bisa begitu?
Dan ada jawaban di telingaku, itu karena makmur dan jayanya sudah diambil para boneka negeri ini

Indonesia
Negara yang kekayaan melimpah
Tapi, tidak bisa dimaksimalkan
Aku pernah bertanya, kenapa bisa begitu?
Dan ada jawaban di telingaku, itu karena para petinggi terlalu sibuk melatih "tikus-tikus" daripada melatih rakyatnya

Indonesia
Negara super krisis
Berkat utang-utang yang melimpah
Aku pernah bertanya, kenapa bisa begitu?
Dan ada jawaban di telingaku, itu karena uang rakyat sudah dimakan "tikus"

Indonesia
Negara yang percaya akan Tuhan Yang Maha Esa
Tapi penuh pertikaian agama dimana-mana
Aku pernah bertanya, kenapa bisa begitu?
Dan ada jawaban di telingaku, itu karena mereka tidak mengerti, beragama dan beriman

Indonesia
Negara yang dipenuhi kriminal
Aku pernah bertanya, kenapa bisa begitu?
Dan ada jawaban di telingaku, itu karena "tikus" kita sudah kenyang

Indonesia
Negara hukum menurut undang-undang
Tapi penuh ketidakadilan dimana-mana
Aku pernah bertanya, kenapa bisa begitu?
Dan ada jawaban di telingaku, itu karena uang dan jabatan adalah segalanya

Indonesia
Negara yang mengharapkan generasi yang baik
Kenyataannya generasi itu hancur
Aku pernah bertanya, kenapa bisa begitu?
Dan ada jawaban di telingaku, itu karena hilangnya pendidikan moral

Indonesia
Negara yang selalu menghilangkan kebenaran
Aku pernah bertanya, kenapa bisa begitu?
Dan ada jawaban di telingaku, itu karena ada prinsip, mati satu tidaklah apa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline