Lihat ke Halaman Asli

Fenomena "Pick Me Girl" sebagai Manifestasi "Internalised Misogyny"

Diperbarui: 21 Juni 2024   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Internalised Misogyny adalah suatu fenomena yang tidak terlalu terlihat di mata umum tetapi berdampak yang sangat signifikan. Kata Internalised Misogyny sendiri adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sebuah fenomena dimana perempuan menginternalisasi nilai-nilai seksis terhadap kaum wanita sehingga mereka berperilaku seksis terhadap wanita lain maupun dirinya sendiri. Dalam beberapa kasus ini bisa berubah menjadi perilaku negatif seperti menghina dan merendahkan terhadap wanita lain maupun dirinya sendiri. Fenomena ini sangat bertentang dengan perjuangan yang sudah dibuat oleh kaum wanita di seluruh dunia untuk mendapatkan kesetaraan gender di dunia yang dari awal sangat berpihak terhadap pihak laki-laki. 

Penyebab fenomena ini adalah norma-norma yang telah lama tertanam dalam budaya patriarki selama bertahun-tahun. Dalam budaya ini kaum pria dianggap lebih superior dan perempuan dianggap lebih inferior dan harus melayani kaum laki-laki. Maka dari itu, perempuan diharapkan mempunyai sebuah image yang elegan, lembut dan peka dan semua perilaku lain yang disebut dengan istilah 'feminin'. Lama-kelamaan harapan dari budaya ini tertanam di pikiran kaum perempuan, yang menghasilkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan ideal-ideal yang diharapkan dari mereka dari masyarakat kita. Akibatnya beberapa dari kaum perempuan, akan dengan tidak sadar menginternalisasi nilai-nilai dari budaya patriarki merendahkan dan menghina kaum perempuan. Ini bisa menjadi cara untuk mendapatkan tempat di dunia patriarki dimana mereka mencari validasi dari kaum laki-laki. Maka, walau ini terjadi secara internal di seorang individu tetapi dampaknya bisa jauh lebih signifikan.

'Pick Me Girl' adalah sebuah istilah yang banyak digunakan di sosial media seperti Instagram, Twitter dan Tiktok yaitu 'Pick Me Girl'. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 2016 di sosial media Twitter kata ini digunakan dalam konteks negatif terhadap perempuan yang membandingkan dirinya sendiri dengan perempuan lainnya dengan cara menjatuhkan perempuan-perempuan yang lain. Contoh dari 'Pick Me Girl' yang sampai sekarang sering dijumpai adalah perempuan yang sering mengatakan "kayaknya aku doang deh yang ga kayak cewe-cewe lain pakai make up, aku sih cuman pakai bedak". Kalimat seperti atau mirip seperti ini sering sekali terdengar dari perempuan yang disebut sebagai 'Pick Me Girl'. Dari kalimat ini sendiri dapat dimaknakan bahwa orang yang mengatakan kalimat itu mengklaim bahwa dia beda dengan perempuan lain karena dia tidak memakai make up seolah-olah dia lebih istimewa daripada perempuan-perempuan lainnya dan itulah tujuan dari mereka mengucapkan kalimat tersebut. Seperti istilahnya kata-kata 'Pick Me' atau 'Pilih Aku', perempuan yang disebut sebagai istilah ini menjatuhkan perempuan lain dengan cara membandingkan diri dengan mereka, dan coba mencari validasi dari kaum laki-laki supaya mereka 'dipilih' dengan cara ini mereka secara langsung merendahkan kaum perempuan dan secara tidak langsung merendahkan dirinya sendiri juga, dengan tolak ukur dari pandangan kaum pria. Lalu, bagaimana fenomena ini bisa dihubungkan kembali ke internalised misogyny. 

Seperti yang sudah disebut, tujuan dari seorang 'Pick Me Girl' adalah untuk diterima dan mendapatkan validasi dari kaum laki-laki dan mereka melakukan ini dengan menjatuhkan kaumnya sendiri. Maka dari itu, mereka secara tidak langsung mempunyai pola pikir bahwa perempuan adalah sebuah objek yang harus bersaing untuk mendapatkan validitas dan perhatian dari pria daripada sebagai individu yang bisa berdiri untuk dirinya sendiri. Maka dari itu, 'Pick Me Girl' selain mencari perhatian dari kaum laki-laki mereka juga mencari validasi dari mereka atas kesetiaan mereka terhadap norma-norma budaya patriarki yang ada. Tetapi, dalam mengusahakan untuk memenuhi standar perempuan yang sudah ditetapkan oleh budaya patriarki mereka secara tidak sadar mengadopsi perilaku internalised misogyny, dimana perempuan berprasangka buruk terhadap kaumnya sendiri. Dengan meneruskan pola dari perilaku ini mereka dengan secara tidak langsung memperkuat struktur sosial yang masih sangat berbasis seksis terhadap kaum perempuan.

Maka fenomena atau perilaku 'Pick Me Girl' ini harus segera dihapuskan sebagai salah satu upaya untuk menghapus fenomena internalised misogyny. Perempuan di dunia ini terus dihadapi oleh tantangan yang berbasis ketidaksetaraan gender, yang mengakar dalam struktur sosial dan budaya yang didominasi oleh norma- norma patriarki. Oleh karena itu kami perlu meningkatkan solidaritas kami bukan menjatuhkan satu dengan yang lain untuk menyesuaikan diri kepada norma-norma budaya patriarki yang sudah ditetapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline