Lihat ke Halaman Asli

Albert Fidelio Rustanto

Pelajar Kolese Kanisius Jakarta

Kebangkitan Seni Teater: Lahirnya Kreativitas dan Solidaritas Baru

Diperbarui: 18 September 2024   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekolah ibarat kata digambarkan layaknya sebuah laboratorium, sebuah tempat dimana anak-anak muda melakukan eksperimen dan mencoba banyak hal. Menjadi sebuah sarana taman bermain intelektual dan pembelajaran bukan hanya sekedar pengetahuan, tetapi juga tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.

Parents Day Kolese Kanisius 2024 yang dilaksanakan pada tanggal 28 Juli merupakan sebuah acara kebersamaan seluruh keluarga besar Kolese Kanisius bersama dengan keluarga. Acara rutinitas tahunan Kolese Kanisius yang bermitra dengan berbagai pihak ini menyuguhkan beragam aktivitas yang dapat dilakukan bersama dengan keluarga. 

Menjadi sebuah ajang untuk para Kanisian, sebutan para siswa di Kolese Kanisius, dalam menampilkan serta mempersembahkan kemampuan yang mereka miliki kepada keluarga. Dukungan dan sorak-sorai bangga dari orang tua menyelimuti seluruh ruangan pertunjukan, tanpa terkecuali teater lantai 4 Gedung Ignatius. 

Melihat kemampuan dan minat dari para siswanya menjadi motivasi bagi sebuah institusi pendidikan formal yang memiliki tujuan untuk mendidik peserta didiknya. Pendidikan di sekolah seharusnya tidak hanya sekedar pendidikan yang menyuguhkan hidangan materi dan kognitif, melainkan juga nilai moral sosial-masyarakat. 

Berbicara tentang aspek akademis, saat ini tidak lagi menjadi masalah bagi anak-anak muda untuk menerapkan pola pembelajaran secara mandiri tanpa kehadiran seorang pendidik. Dengan kemajuan teknologi, mereka memiliki akses mudah untuk mencari informasi dan sumber belajar melalui internet. Teknologi mempermudah mereka dalam mengeksplorasi materi dan mengembangkan pengetahuan secara mandiri, bukan tidak mungkin bagi mereka untuk belajar sendiri tanpa bimbingan orang lain.

Apa yang membedakan peran pendidik dalam membangun karakter peserta didik adalah pengalaman mereka. Seorang guru yang berpengalaman mampu menerapkan metode pembelajaran yang menarik dan efektif, mengintegrasikan contoh-contoh nyata serta pengalaman langsung di lapangan. Dengan pendekatan ini, guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga memberikan gambaran yang lebih jelas dan nyata, yang membantu siswa memahami dan menginternalisasi nilai-nilai yang diajarkan dengan lebih mendalam.

Dengan bimbingan dari guru yang berpengalaman dan memiliki jam terbang tinggi, siswa mulai menjalani ekspedisi untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Para guru, dengan kebijaksanaan dan keahlian mereka, membantu siswa menjelajahi berbagai bidang, sehingga mereka dapat menemukan dan mengembangkan potensi yang benar-benar menarik perhatian dan membangkitkan semangat mereka.

Di sinilah Kolese Kanisius, sebagai salah satu institusi pendidikan terkemuka di Jakarta dan bahkan di Indonesia, memiliki tujuan yang sejalan. Sekolah yang didirikan pada tahun 1927 oleh para imam Jesuit ini merupakan salah satu sekolah Katolik tertua di Indonesia. Kolese Kanisius memiliki tujuan untuk menyediakan pendidikan berkualitas yang mengintegrasikan nilai-nilai Ignatian, yaitu pendekatan pendidikan yang menekankan pada pembentukan karakter, kecerdasan, dan pengabdian kepada masyarakat.

Kolese Kanisius didirikan dan memulai praktik pembelajarannya di tengah penjajahan kolonial Belanda, dengan kelas yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) saat ini, yaitu Algemene Middelbare School (AMS). Fasilitas sekolah mulai diperkenalkan pada tahun 1929, termasuk gedung-gedung dan lapangan olahraga yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Momen ini menandai awal perjalanan panjang Kolese Kanisius sebagai institusi pendidikan yang berkomitmen pada kualitas.

Seiring berkembangnya sekolah, Kolese Kanisius merumuskan visi dan misi yang kuat, berlandaskan pada ciri khas pendidikan Jesuit. Dengan fokus pada pengembangan holistik, sekolah ini mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan non-akademis. Hal ini terlihat dari terbentuknya berbagai komunitas, seperti paduan suara, teater, orkestra, dan majalah, yang memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi bakat dan minat mereka di luar kelas.

Kehadiran komunitas-komunitas ini mencerminkan kesungguhan Kolese Kanisius dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh. Sekolah ini juga aktif menjalin kerja sama dengan institusi lain, termasuk sekolah-sekolah Katolik, untuk memperluas jaringan dan pengalaman siswa. Dengan adanya berbagai perhimpunan, Kanisius berhasil menciptakan atmosfer kolaboratif yang memperkaya pendidikan para peserta didiknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline