Tepat pada tanggal 23 September 2020, pesta demokrasi pemilihan kepala daerah serentak 2020 akan dilaksanakan dibeberapa Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia. Pilkada serentak tahun 2020 juga akan diikuti oleh masyarakat Rokan Hilir dimana masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati Rokan Hilir akan berakhir pada tahun 2021. Tidak tanggung-tanggung hiruk pikuk Pilkada Rokan Hilir sudah mulai terasa sejak dilantiknya anggota DPRD Rokan Hilir tahun 2019 yang lalu, dan itu dirasa sangat wajar karena perolehan kursi di DPRD Rokan Hilir adalah tiket untuk bertarung dalam Pilkada Rohil tahun ini.
Atmosfer politik Rokan Hilir mulai semakin terasa setelah ada beberapa Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati yang sudah berani mendeklarasikan diri untuk maju pada perhelatan pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Tidak hanya itu, banyak Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati yang sudah mulai tebar pesona dan bersosialisasi baik berkomunikasi langsung dengan masyarakat maupun melalui media cetak dan elektronik serta melalui iklan spanduk, baliho, poster dan banner. Hal itu wajar karena sesuai dengan PKPU Nomor 15 Tahun 2019, pada bulan Juni 2020 pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati sudah dibuka.
Dengan semakin dekatnya pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Rokan Hilir, tidak jarang ada juga pendukung Calon Bupati atau Wakil Bupati Rokan Hilir menyerang dengan berbagai isu kepada calon lain tidak terkecuali isu Sara. Walaupun cara-cara itu tidak dibenarkan namun itu akan tetap ada dan orang-orang yang memainkkan isu Sara adalah orang yang tidak siap untuk bertarung secara fair.
Padahal kalau boleh jujur, adu gagasan dan adu prorgam lebih tepat dalam mempengaruhi pemilih bukan menebar isu-isu sensitif yang berdampak pada perpecahan. Begitulah perhelatan pesta demokrasi selalu ada intrik politik untuk membuat lawan gugur sebelum bertarung, hal itu sejalan dengan seni perang Sun Tzu "seni tertinggi perang adalah untuk menaklukkan musuh tanpa pertempuran".
Dari sekian banyak Calon Bupati atau Wakil Bupati Rokan Hilir maka bisa dikategorikan menjadi dua golongan, yang pertama golongan tua dan yang kedua golongan muda. Tokoh muda Rokan Hilir yang sudah mulai bergriliya untuk bersosialisasi dilihat secara kasat mata dengan media baliho dan spanduk itu ada nama Cutra Andika, SH. (Ketua DPC Partai Hanura Rokan Hilir dan Penasehat Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Kabupaten Rokan Hilir), Jhoni Carles (Ketua Badan Saksi Partai Nasdem Rokan Hilir) dan Muhammad Maliki (Kader Partai Nasdem Provinsi Riau).
Kalau dilihat dari umur mereka bertiga ini adalah sosok melenial yang siap bertarung dalam Pilkada Rohil tahun 2020, serta tidak tertutup kemungkinan diantara mereka akan ada menjadi Bupati atau Wakil Bupati Rokan Hilir dimasa yang akan datang. Mengapa demikian, karena berdasarkan hasil taksiran persetase pemilih berdasarkan pembagian generasi di Kabupaten Rokan Hilir yang dipublis oleh VOX institute, jumlah pemilih generasi Milenial di Rokan Hilir 51,12 %, pemilih generasi X 32,10 %, jumlah pemilih baby boom 9,11 %, jumlah pemilih generasi Z 6,35 % dan jumlah pemilih veteran 1,32 %.
Melihat hasil persentase pemilih milenial di Rokan Hilir maka peluang tokoh muda dan milenial Rokan Hilir untuk menjadi Bupati atau Wakil Bupati Rokan Hilir sangat besar. Tapi tidak cukup dengan hanya bermodalkan muda dan milenial, tokoh muda juga harus berwibawa, punya karakter kepemimpinan yang kuat, punya wawasan kebangsaan yang universal serta agamis.
Kalau masyarakat Rokan Hilir Rokan Hilir ingin ada energi baru di Rokan Hilir, ya jawabannya pilih tokoh muda untuk jadi pemimpin Rokan Hilir. Itu mungkin saja terjadi, karena sejak berdiri dari tahun 1999 Rokan Hilir tidak pernah dipimpin oleh tokoh muda, jadi Pilkada 2020 adalah momentum yang paling tepat untuk merubah wajah Rokan Hilir agar lebih punya harapan.
Faktor kejenuhan masyarakat dengan kepemimpinan yang itu-itu saja, juga membuka peluang Rokan Hilir akan dipimpin oleh anak muda. Walaupun demikian, bukan berarti Calon Bupati atau Calon Wakil Bupati Rokan Hilir dari golongan tua tidak punya peluang untuk menjadi Bupati atau Wakil Bupati Rokan Hilir, dalam politik semua bisa terjadi. Politik adalah seni membaca kemungkinan, dengan demikian segala kemungkinan bisa terjadi pada Pilkada Rohil tahun 2020. Yang jelas semua kita sepakat Rokan Hilir harus ada perubahan dan tidak boleh stagnan.
Alben Tajudin
Advokat Muda Rokan Hilir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H