Lihat ke Halaman Asli

Albar Rahman

Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Bank Tanah: Dari Falsafah "tanah" hingga Harapan Kesejahteraan

Diperbarui: 26 Januari 2025   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

banktanah.id

Kehadiran Badan Bank Tanah bukan hanya kabar gembira, tentu ada tantangan didalamnya. Namun yang pasti kali ini mari kita menaruh sebuah harapan dan bersinergi untuk kembali menjadi negeri yang memiliki ketahanan dan itu berasal dari tanah. 

Setuju? Jika setuju yuk kita bahas dan berangkat dari falsafah "tanah", lihat kembali sejarah negeri kita lalu membangun harapan dan mewujudkannya bersama. 

Sebuah pandangan Falsafah "tanah"

Jika ada jargon untuk kembali ke bumi itu juga sama artinya kembali ke tanah. Sebagai anak petani dan sejak kecil sudah sangat memahami bagaimanana dunia pertanian hingga perkebunan itu bekerja. 

Ketika saya memikirkan ulang betapa pentingnya tanah dan hasil tanah dalam kehidupan. Utamanaya untuk sebuah ketahanan pangan sebut saja. 

Tahun 2008 kita mengalami krisis dan melalui pengalaman di keluarga kami maka hasil pertanian jadi benteng untuk kami bertahan. Makan singkong bergantian dengan penghematan beras. 

Mari kita lihat dan amati. Dalam keadaan krisis kita kembali ke tanah dan pada dasarnya kita berasal dari tanah. 

Dari kasus hingga pandangan falsafah di atas. Setidaknya menyadarkan kita semua terutama generasi muda untuk kembali mengolah tanah dan berkontrobusi aktif dengan segenap kemampuan hingga kapital yang kita miliki. 

Bank berbasiskan tanah alias agraria 

Badan Bank Tanah yang dibentuk sebagai badan baru di era pemerintahan sejak tahun 2021 ini. Tentu mencoba menghadirkan dobrakan baru pada reforma agraria itu sendiri. 

Penghujung tahun 2024 dan memulai awal tahun 2025 Badan Bank Tanah bahkan melakukan percepatan dengan uapayanya untuk reforma agraria. Keseriusan ini dilakukan dengan cara membantu sejumlah proyek stategis nasional di Indonesia misal dengan membangun bandara dan jalan tol. 

Kita pernah melewati banyak kerisis. Sejak 1998 hingga 2008 lalu disusul dengan pandemi 2019 yang terbaru. Mengingatkan kita semua bahwa ketahanan berbasis agraria untuk kebutuhan pangan sangatlah penting. 

Kabar gembira untuk anak negeri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline