Lihat ke Halaman Asli

Albar Rahman

Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Menulis dan Kesenian "Kata" yang "Bernyawa"

Diperbarui: 9 September 2024   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Galeri Albar 

Di kala runtuhan masalah yang bertubi-tubi dan bisingnya suara di kepala betapa realitas menghantam kuat. Begitulah kiranya menjadi dewasa dan hidup mulai tak menentu. 

Namun kepulan asap malam itu ditemani mac yang terbuka lalu sinar layarnya kian hangat menyapa. Jemari pun menuliskan kata demi kata. 

Ya, menulislah! Setidaknya menulis membawa kita ke dimenasi hidup alias alam berbeda. Hobi satu ini terbilang unik seolah bersamanya keheningan tercipta lalu kata menjadi 'nyawa' paling berarti.

Menulis adalah sesuatu menyenangkan, terapi bahkan mampu menjadi obat mujarab bagi mereka dengan tingkat depresi berat sekalipun. fakta ini nyata di hadapan dan aku rasakan sendiri. 

Hari berat dan mulai menulis lagi

Suatu hari teramat berat melewati hal di mana kita tidak bisa lagi mengekspresikan diri karena jebakan keadaan. Harus bekerja dengan kondisi tidak kita inginkan. Menggadaikan cita-cita dan keinginan karena benturan kenyataan. 

Hal di atas bisa jadi membuat seseorang mengalami depresi teramat berat. Bahkan kehilangan arah adalah kehampaan diri tiada ujungnya. Sukurnya Tuhan menciptakan satu "nyawa" yaitu menulis. 

Menulis bagiku secara pribadi adalah nyawa paling berharga. Aku bisa menuliskan apapun tentang cita-cita, kegelisahan, ide hingga gagasan bahkan curahan hati kala tak bisa diungkapkan oleh lisan ucapan maka lisan tulisan pun bisa mengungkapkannya. 

Si Pengangguran itu Menulis di Pojok Kamarnya

Berbicara dedikit tentang dunia dan angka pengangguran di Indonesia sangatlah tinggi. Data terkait ini kita serahkan ke instansi terkait aja. Sama juga halnya tentang isu tingginya angka stunting di negri tercinta ini. 

Yang paling berbahaya dari angka pengguran kita adalah pengangguran terdidik. Adalah banyak mereka yang terdidik dari bangku kuliah harus mengalami fenomena pengangguran tersebut. 

Bayangkan saja di Indonesia ketika dibandingkan Amerika dan negara bagiannya digabung ternyata jumlah kampus kita lebiha banyak 2.000 kampus atau perguruan tinggi. Jumlah kampus kita mencapai 4.000 kampus dengan jumlah luaran pengangguran menapai 70%. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline