Lihat ke Halaman Asli

Albar Rahman

Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

MK vs DPR: Sebuah Kepongahan Bernegara

Diperbarui: 25 Agustus 2024   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cnbcindonesia

Turunnya banyak masa ke jalan saat demonstrasi berlangsung di gedung DPR pada pekan ini. Menandakan bahwa bahwa demokrasi kita sedang tidak baik-baik saja. 

Dalam bernegara ada kepongahan yang tidak bisa kita bendung belakangan. Isu tentang dijegalnya keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) tentang pencalonan pilkada tanpa ambang batas kursi partai di DPR melalui putusan MK no.60 tahun 2024 ini. Merupakan putusan yang memberi kabar baik bagi demokrasi. 

Tapi naasnya putusan di atas terancam mengalami pembegalan karena di DPR akan melawan putusan yang sudah ditetapkan. Massa aksi demonstrasi pun tejadi hingga banyak influencer terun ke jalan bersama mahasiswa dan lapisan masyarakat lainnya. 

Dan lagi akan ada perubahan aturan akan usia pencalonan pilkada. Hanya untuk kepentingan anak dari pejabat tertinggi politik negeri ini kepentingannya terpenuhi. Alias anak dicalonkan lagi dan kontestasi politik. 

Ugal-ugalan 

Tanpa basa-basi tulisan ini saya muat dengan judul dan muak yang muncul dari keresahan. "Negara ini mulai ugal-ugalan" sebuah celutuk dari sang aktro kenamaan milik negeri ini Reza Rahadian dalam sebuah wawancara di kanal politik miliki Tempo. Teman-teman bisa mengunjungi dan menikmati wawancaranya di acara yang mereka namakan 'Bocor Alus' sebuah kanal yang mendiskusikan isu politik lumayan update. 

Negara ini mulai ugal-ugalan kata Reza baru saja belakangan ini diakibatkan oleh kecamuk dan demo di gedung DPR di mana Reza Rahadian sang aktor pun turun kelapangan untuk bersuara dan memiliki standing position tentang sikap politiknya. Sang aktor ini muak dengan kondisi bernegara belakangan. 

Saya merenungi dan seketika teringat presiden RI ke 4 yaitu Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah menamakan gedung DPR sebagai gedung atau taman kanak-kanak. Gu Dur sudah melihat betapa ugal-ugalannya negeri ini sejak lama. 

Pongahnya elit politik 

Kalian bikin ibu kota, kalian bikin upacara kenaikan bendera sampai 87 miliar, tapi kalian gak pernah hormatin bendera (merah putih) ini sejatinya kalian yang merobek-robeknya. Hari ini publik berkumpul lalu menjahit dan merapikannya kembali.

Celotehan salah satu pakar tata negara Zainal Mochtar baik melalui media sosial hingga orasinya saat ikut turun melakukan aksi demonstrasi di gedung DPR. Untuk menyampaikan kekecewaan atas produk demokrasi republik belakangan ini hingga kebijakannya yang selalu saja menghamburkan anggaran. 

Pakar hukum tata negara  Zainal Mochtar. Sebagai mahasiswa Jogja tentu akrab menyapa beliau mas Uceng juga memberikan analisa mendalam betapa permainan elit politik kita alias para politisi yang memiliki jabatan saat ini hingga yang tetinggi di level jabatan presiden sekalipun. Mereka semua sedang mempertontonkan kepongahan dalam bernegara. Ini terbaca sangat amat jelas betapa eksekutif dan yudikatif hingga legislatif bermain-main dalam situasi yang sangat meresahkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline